Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Abah Tak Pernah Melarang Anak-Anaknya Merokok

15 November 2022   10:32 Diperbarui: 15 November 2022   10:43 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abah, panggilan kami, anak-anaknya untuk bapak, bisa dibilang seorang perokok yang cukup berat, dulu sehari-hari sewaktu masih aktif bekerja sebagai guru bisa menghabiskan beberapa batang rokok.  Walaupun demikian rasanya beliau tak pernah merokok di depan kelas saat mengajar.

Pernah abah bercerita, bahwa dulu sewaktu kecil, kai, sebutan untuk kakek, menyuruh beliau untuk merokok sewaktu masih sekolah dasar, atau sekolah rakyat namanya di jaman dulu.  Entah apa alasan di balik itu semua.

Akan tetapi akibatnya, abah jadi rajin cari duit untuk beli rokok, dari jual layangan sampai menjadi buruh pengangkut garam dengan menggunakan jukung atau perahu kecil, karena dulu beliau tinggal di Banjarmasin yang sebagian besar masih mengandalkan sungai untuk prasarana transportasi.

Secara tak langsung beliau memberi petuah, bahwa tak apa-apa merokok, asal dari hasil keringat sendiri, jangan sampai menggunakan uang dari orang tua.

Saat saya sekolah di SMP tempat abah mengajar, sesekali pulang menumpang motor Yamaha biru.  Suatu waktu pas pulang sekolah dan boncengan dengan beliau, melewati warung di depan jalan sekolah.  Di situ kebetulan ada beberapa kawan nongkrong sambil menikmati asap rokok.

Beliau langsung turun dari sepeda motor dan menegur para pelajar yang sedang nongkrong tersebut.  Tentu saja yang ditegur langsung mematikan

Abah pun bercerita pada saya bahwa dulu meskipun merokok, tapi tak bernah betampai, alias petantang petenteng memperlihatkan diri atau nongkrong sambil merokok.  Cukup diam menyendiri menikmati di dalam kamar atau di tempat lain yang tak sampai mengganggu orang lain.  Selain itu, kata abah tak elok kalau pelajar kelihatan merokok di tempat umum.

Abah tidak pernah melarang anak-anaknya merokok, tapi secara tidak langsung beliau memberikan syarat-syarat bila ada niat untuk menikmati asap tembakau tersebut.  Yaitu jangan merokok di tempat umum dan mengganggu orang lain, serta harus dengan uang hasil jerih payah sendiri.

Akibatnya walaupun tidak ada larangan, kami tidak pernah merokok karena syarat kedua yang cukup berat.  Walaupun pernah saya dan adik saya sekali mencoba membakar dan mengisap bekas puntung rokok beliau yang tersisa di asbak karena penasaran.  Sehabis itu ya cukup, karena bagi kami ternyata kesimpulannya sama: rasanya tidak enak.

Jadi begitulah, tanpa larangan yang tegas pun, cuma mendengar cerita abah sewaktu kecil, dan syarat-syarat yang tidak secara langsung ditegaskan, sudah cukup menjadi alasan untuk kami tidak coba-coba merokok sewaktu sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun