Merasa Nyaman Menjadi Maling

Alah bisa karena biasa, kata orang bijak jaman dulu, begitu pun kebiasaan akan pemakaian aplikasi ataupun software  bajakan yang ada di gadget  yang dipakai sehari-hari, utamanya di handphone dan di laptop atau personal computer.  Saya pun dulu sering menggunakannya, di jaman masih memakai komputer jangkrik dan menggunakan OS (operating system) Windows XP di era mahasiswa kere.

Memang software original alias asli harganya seringkali terasa mahal, itu karena menggunakan lisensi resmi yang artinya membeli secara legal. Akan tetapi dengan alasan simpel bertajuk harga yang mahal itu pula juga, OS maupun aplikasi bajakan akhirnya menjadi banyak pilihan untuk digunakan.  Apalagi cukup dengan mengetikkan kata kunci di google, aplikasi yang dicari pun dengan mudah didapatkan.

Masalahnya sekarang tak cuma aplikasi, yang sedari jaman baheula sudah ada pun, masih saja menjadi budaya yang biasa-biasa saja, yaitu terkait dengan pengetahuan dan hiburan.  Itulah kebiasaan membaca buku bajakan, baik itu buku fisik maupun e-book, kemudian juga musik bajakan, bedanya dulu yang dibajak kaset, sekarang bermacam format musik digital bisa didapatkan.  Belum lagi satu hal lagi yaitu film bajakan, yang selain bajakannya bertebaran juga bisa ditonton lewat aplikasi telegram.

Tanpa sadar banyak di antara kita menjadi maling secara sadar setiap harinya, saya pun terkadang masuk dalam lingkaran setan itu. Bukankah memakai hak orang lain tanpa ijin itu sama saja dengan melakukan pencurian?

Hal yang bisa dilakukan sekarang adalah berusaha berhenti menggunakan apapun yang berbau bajakan, paling tidak secara bertahap, semaksimal mungkin menggunakan, memakai, menonton, membaca hal yang sifatnya asli alias original.  Dan sebenarnya relatif mudah untuk itu.  Teknologi sekarang pun mendukung untuk itu, tinggal satu hal : niat.

Jikalau terkait buku tentu saja kalau susah mendapatkan fisiknya, sesekali lah berkunjung ke perpustakaan terutama untuk para pelajar atau mahasiswa yang sedang studi, kalau malas ya pinjam sama teman. buku digital pun juga banyak yang gratisan, jurnal pun biasa bisa diakses gratis di perpustakaan kampus, tentunya hal ini harus didukung kebijakan perguruan tinggi untuk menyediakan akses terhadap sumber bacaan legal seluas dan sebanyak mungkin.

Masalah nonton, sekarang sudah ada netflix, disney hotstar, viu, dan banyak lagi tontonan berbayar yang harganya juga relatif terjangkau, ya namanya juga nonton hak cipta orang, kan anggap aja bayar tiket nonton, lagian kalau mau dikuantifikasi harga langganan dengan jumlah judul tontonan yang tersedia pasti bakal terasa murah sekali.

Software bajakan juga bisa dikurangi dengan menggunakan aplikasi open source, misalnya terasa berat menggunakan komputer dengan OS windows dengan lisensi resmi, masih ada pilihan linux yang sekarang penampakan antar mukanya pun tak jauh beda dengan windows, soal aplikasi pengganti seperti office, itupun banyak tersedia seperti libre dan wps yang familiar.  

Terkait OS bajakan ini yang seringkali membuat saya miris, beberapa kali melihat kantor pemerintahan masih saja tak peduli menggunakan barang curian untuk bekerja, padahal kan ada anggaran yang bisa direncanakan dan dipergunakan untuk pendukung pekerjaan tersebut.

Lebih miris lagi saat menemukan kenyataan bahwa beberapa pelajar atau mahasiswa, yang mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliahnya masih menggunakan aplikasi bajakan, dibiasakan nyaman menjadi maling sejak dini, sungguh luarbiasa.

Sekarang sih tinggal memilih, berusaha berbuat baik menghargai hak cipta orang lain dengan menggunakan aplikasi, tontonan maupun hal yang legal atau tetap tak mau keluar dari zona nyaman sebagai pelaku pencurian dengan sadar.

---

*ditulis dengan laptop chromebook yang murah tapi legal.