Bandung, 2022. Sampah menjadi musuh yang nyata bagi lingkungan sekitar. Bagaiamana tidak, di tahun 2021 saja sampah yang ada di Indonesia mencapai 60,25 juta ton. Penanggulangan sampah ini harus di mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat. Jika dimulai dengan kesadaran individu maka setidaknya sampah akan lebih bisa di atasi atau bahkan dimanfaatkan menjadi barang-barang yang mempunyai nilai.
Dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pendidikan Indonesia, kelompk KKN 98 berkesempatan untuk mensosialisasikan pemanfaatan tentang sampah rumah tangga yang dapat digunakan menjadi pupuk organik cair di Komunitas Wanita Tani Kampung Cibiru. Pemanfaatan sampah rumah tangga ini meliputi jenis sampah organik saja seperti kulit buah-buahan, sayuran sisa, limbah air rendaman beras, dan sebagainya.
Pada sosialisasi kali ini kelompok 98 memfokuskan pembuatan pupuk organik cair yang memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan utamanya. Kulit pisang merupakan bahan organik yang mengandung unsur kimia seperti magnesium, sodium, fosfor, dan sulfur. Pupuk organik cair kulit pisang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan berat tanaman.
Proses pembuatan pupuk mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang banyak serta dapat dilakukan kapanpun. Proses yang pertama ialah mencincang kulit pisang menjadi bagian-bagian kecil yang kemudia dimasukan ke dalam botol yang sudah diberi air. Untuk ukuran botol 1,5 liter hanya memerlukan kulit pisang sebanyak 2 buah. Namun jika menggunakan kulit pisang yang kecil maka memerlukan 4 buah kulit pisang. Untuk mempercepat fermentasi pupuk, maka dapat ditambahkan dengan EM4 atau gula pasir sebanyak 2 sdt. Setelah semua bahan sudah dicampurkan selanjutnya ialah menyimpan pupuk di tempat yang lembab selama 1 minggu. Pemakaian pupuk ini dilakukan 1 kali/minggu. Sebelum disiramkan pupuk organik cair kulit pisang dicampurkan dengan air terlebih dahulu. Untuk satu ember air hanya memerlukan sekitar empat tutup botol pupuk organik cair saja. Jadi pupuk ini sangat awet untuk digunakan.
Sosialisasi dilakukan dengan khidmat dan ditambah dengan antusiasme yang tinggi dari anggota KWT. Banyak anggota yang termotivasi untuk melakukan pembuatan pupuk ini dan menjadi lebih semangat  dalam bercocok tanam di pekarangan rumah. Acara sosialisasi ini ditutup dengan makan bersama.
Ditulis oleh
Raya Meliman
Universitas Pendidikan Indonesia
2022