Kaum Muslimin di era ini masih banyak yang terlilit tekanan misalnya kesulitan ekonomi, cari kerjaan ,menanggung hutang dan lain sebagainya . Kenyataan kenyataan ini terkadang membuat seseorang gampang untuk berputus asa. Putus asa sendiri adalah hal yag dilarang dalam islam. Putus asa pun merupakan hal yang terlarang dalam islam. Dalam kisah nabi Yusuf. Ketika Nabi Yakub kehilangan puteranya, ia bersedih namun enggan berputus asa.
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Yusuf 87)
Sayangnya kaum muslimin begitu berpasrah terhadap hal hal yang berbau magic dan sihir. Ilmu menggandakan uang dari seorang yang menamakan dirinya kanjeng taat pribadi yang baru baru ini dijebloskan ke penjara. Bagaimana tidak tergiur . Seorang anggota setor mahar Rp 200 Milyar maka akan digandakan menjadi Rp 18 Triliun dalam waktu lima tahun hal ini dilakukan oleh salah satu Santri dari Makassar yakni Bunda Najmiah seperti diberitakan Harian Fajar. Dan sebelum pembayaran dana hasil penggandaan uang itu, sang santri harus menginap dan tinggal di padepokan tersebut. Lokasi padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Padepokan itu sudah berdiri sejak tahun 2010.
Namun sekali lagi perlu untuk penulis memperingatkan dan menjadi pembelajaran untuk kita dalam kasus Kanjeng Taat Pribadi ini. Sebab Rasulullah Saw , sudah banyak memberi peringatan kepada kita akan munculnya pada akhir zaman seperti sekarang tentang merebaknya dukun musyrik berbaju ulama. Fenomena munculnya ulama karbitan bemodalkan ayat-ayat tapi miskin makna. Memanfaatkan Umat sebagai konsumen sampai menarik bayaran dengan berbagai macam modus. Fakta fakta ini bagi sebagian lain begitu terang dan jelas , tetapi bagi sebahagian yang lain tutup mata karena digadai mimpi indah akan segera kaya raya tanpa perlu kerja keras dan usaha. Apalagi hanya karena ia berbaju ulama.