Mohon tunggu...
RATU BAWON INDAHWATI
RATU BAWON INDAHWATI Mohon Tunggu... Guru - PNS

RATU BAWON INDAHWATI Kepala SDN Kaliabang Tengah I Bekasi Utara - Kota Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lindungi Kami Ya Alloh

16 November 2017   07:53 Diperbarui: 16 November 2017   08:48 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://hidayatullah.or.id/

Tak terasa 2 tahun telah berlalu ditinggal oleh mimi. Sesungguhnya bukan ibu kandung. Beliau ibu yang membesarkanku. Sejak kelas 6 SD diasuh olehnya bersama seorang putra kandungnya dan seorang putri angkatnya. Beliau sangat menyayangi kami, walau aku dan adik bukan anak kandungnya.

Tepatnya bulan Maret 2013 mimi terjedot besi pintu kamar tidur. Akibatnya timbul benjolan di sekitar payudaranya. Kuantarkan ke puskesmas terdekat. Dokter memeriksa dengan seksama dan menganjurkan untuk diperiksa ke RSUD. Anjuran itu diterima dan dijalani dengan ikhlas. Beberapa bulan... kami jalani pemeriksaan. 

Hasilnya mimi harus segera dioperasi untuk diperiksa ke laborotorium. Mendengar keterangan dokter mimi mundur teratur dan memutuskan untuk tidak operasi. Kami berusaha memberikan pandangan namun semua kembali kepada keputusan mimi. Kamipun mengalah dengan keraguannya. Selang beberapa bulan benjolan tersebut pecah... bernanah dan mengeluarkan bau tak sedap. 

Dengan keadaan tersebut akhirnya mimi memutuskan untuk mengikuti petunjuk dokter. Pemeriksaan pun diulang kembali dari awal karena hasil pemeriksaan beberapa bulan kemarin dianggap tidak valid. Mimi mengikuti anjuran dokter dengan sungguh - sungguh. Walau terkadang kami harus menahan kesal dan lelah karena menunggu sejak pagi hingga siang hari bahkan terkadang sore hari baru selesai. Ku sangat menyadari... orang yang tidak sakit saja jenuh menunggu pemeriksaan dan tindakan dari dokter apalagi orang yang sakit.

Maklumlah pamanku (suami mimi) pensiunan PNS jadi mimi menggunakan ASKES. Keluargaku pun menggunakan itu.

Kami harus lebih sabar menjalaninya. Antrian begitu panjang... itu pun sudah pendaftaran dibatasi quotanya, apalagi jika tidak dibatasi.

Sekitar dua bulan pemeriksaan demi pemeriksaan kami lewati dengan sabar dan berusaha ikhlas. Ya ... berusaha ikhlas. Mengapa? Karena terkadang kami merasa kesal dengan antrian panjang itu... lama dan menjemukan. Hal itu, terkadang menyebabkan hilangnya keikhlasan dari hati kami. Kami manusia biasa... manusia lemah tanpa daya. Tapi kami segera menyadari bahwa Alloh SWT memberikan ujian sesuai kemampuan. Alloh sangat mendengar kehendak hambaNya dan mengetahui apa yang dibutuhkan hambaNya. Dengan mengingat itu, hati kami kembali tenang...

Tiba saatnya dokter menentukan jadwal operasi. Kami pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Baju-baju yang dibutuhkan selama perawatan dan setelah operasi. Hati kami galau, antara bahagia dan sedih. Bahagia karena sudah mendapat jadwal operasi... sedih karena ada kekhawatiran yang mendalam akan proses operasi dan hasilnya. Namun proses harus tetap dijalani. Kami berusaha mengikhlaskan hati. Kami selalu yakin dan menanamkan dalam hati bahwa Alloh SWT Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya.

Kakakku dan istrinya yang pergi mengantarkan mimi ke rumah sakit. Sementara aku sendiri tidak bisa mengantar karena ada kewajiban mengajar yang tidak bisa ditinggalkan dan tidak ada guru pengganti di kelasku. Memang selama ini... aku sering izin meninggalkan sekolah lebih awal untuk mengantar ibu ke rumah sakit. 

Aku mensiasatinya dengan meminta tolong orang kantor suamiku untuk mendaftarkannya pagi - pagi sekali sekitar jam 06.00 sudah menunu rumah sakit. Setelah pendaftaran selesai... kusarankan pulang menemuiku di sekolah untuk mengantarkan nomor pendaftaran tadi. Setelah jam mengajar selesai dilanjut pelajaran guru bidang baru aku kabur dari sekolah. Tentunya sudah diketahui oleh kepala sekolahku. Untungnya kepala sekolahku sangat mengerti dan bijaksana... (Ya Alloh selalu sehatkan beliau dan lindungilah dari segala bahaya... aamiin). Itulah doaku atas segala pengertian dan kebijaksanaannya.

Wamunalau aku tidak bisa mengantar mimi, aku tetap menengok setelah kegiatan pembelajaran selesai sampai maghrib menghampiri, pulang dan keesokan harinya kembali menjenguknya. Demikian selama perawatan dilaksanakan. Aku sebenarnya sedih tidak dapat menunggui di malam hari selama beliau dirawat.  Tapi alhamdulillah ada saudara yang masih bisa menemaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun