Mohon tunggu...
Ratna Islamiati
Ratna Islamiati Mohon Tunggu... -

Hidup hanya sekali, jadi niatkanlah untuk lurus...

Selanjutnya

Tutup

Money

Dibalik kehidupan buruh jahit menjelang lebaran....

31 Juli 2011   14:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1312122712524897137

Menjelang Lebaran pasokan akan kebutuhan  Baju lebaran untuk masyarakat  semakin meningkat. Seperti banyak kita jumpai  di pasar, Mall atau pertokoan yang menyediakan baju-baju lebaran pada umumnya para penjual ini menyiapkan pasokan baju lebaran dengan jumlah yang agak lebih banyak dari bulan-bulan biasa. Namun pada artikel kali ini saya akan lebih menuliskan di balik kehidupan para buruh-buruh konveksi ( penjahit ) yang paling sangat berperan vital dalam pemenuhan akan pasokan-pasokan pakaian jadi ini. Cipadu, adalah  daerah di wilayah Tangerang Banten, daerah yang merupakan salah satu wilayah sebagai pemasok pakaian jadi atau tekstil ini mayoritas masyarakat setempatnya adalah beprofesi sebagai buruh konveksi. Meski sebagian besar masyarakatnya bukan penduduk asli namun pendatang, Cipadu merupakan wilayah yang menjadikan Konveksi sebagai bagaian mata pencarian, adapun buruh-buruh yang di bidik adalah para ibu-ibu rumah tangga ataupun para penjahit dari berbagai daerah khususnya masyarakat dengan suku Sunda Jawa barat. Seperti apa yang di sampaikan Asep (28 th ), penjahit asal Cimahi ini mengatakan bahwa pesanan pakaian jadi menjelang lebaran meski kondisi ekonomi sulit tetap akan meningkat. " saya mah penjahit celana boxer, saya di bayar tiap mingguan dengan upah di hitung tiap perkodi, biasanya jika saya menjahit hingga lembur non stop tanpa berhenti dari pagi hingga malam saya mampu mengumpulkan upah sebesar Rp 500.000 tiap minggunya, paling berhenti hanya untuk makan, minum atau untuk memenuhi kebutuhan  seperti sholat atau ke kamar kecil, itu tanpa di selingi tidur istrahat lho....semuanya di lakukan selama satu minggu dan pengambilan upah bisanya di bagikan setiap hari sabtu sore. " Demikian wawancara saya terhadap Asep tukang jahit yang berasal dari Cimahi. Dan fenomena ini memang kerap saya temui, semua masyarakat baik mereka yang berprofesi sebagai buruh jahit ataupun tidak pasti akan membenarkan perkataan Asep. Dengan bukti setiap malam hingga dini hari atau menjelang dini hari lagi yang namanya suara Dinamometer mesin jahit tidak akan pernah berhenti, dan fenomena ini berbeda dengan bulan-bulan di lain bulan Ramadhan. Dari semua peristiwa yang saya tuang dalam bentuk artikel ini, ada banyak hikmah yang dapat kita petik. Bahwa sesungguhnya di Ramadhan yang di kenal sebagai bulan penuh ampunan juga di kenal sebagai bulan yang menyediakan lebih banyak rezeki bagi kaum buruh-buruh rendahan. Bukan kah ini menunjukan bahwa hidup itu  akan selalu berputar, tetap akan ada rezeki bagi mereka yang mau berusaha dengan keras dan mati-matian, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup. Selain rezeki buat kaum buruh-buruh konveksi juga merupakan rezeki buat kaum fakir miskin yang mengandalkan pemenuhan akan kebutuhan hidupnya lewat mengemis atau meminta-minta, karena kita ketahui setiap bulan Ramadhan atau menjelang syawal meningkatnya kedatangan para peminta-minta yang di sebar di berbagai perkampungan, komplek perumahan atau jalanan bahkan pasar dan tempat ibadah atau tempat pembelajaan seperti mall dan pasar semakin banyak. Kehidupan para buruh-buruh konveksi ini biasanya untuk pemenuhan kebutuhan tiap harinya di lakukan dengan me-ngebon ( berhutang ) di setiap warung, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan perut atau pun hajat lainnya, dan pembayarannya di lakukan setiap akhir pekan di mana upah hariannya di bayarkan, dan untuk tempat tingga biasanya bagi mereka yang belum menikah akan disediakan tempat yang berupa rumah kontrakan dan di huni bersama-sama dengan seluruh buruh lainnya yang di sediakan oleh Bos mereka. Demikian kehidupan di balik para buruh konveksi, di balik peran pentingnya untuk memenuhi hajat masyarakat banyak, ternyata untuk kehidupan nya sendiripun mereka masih   kurang di hargai. Dan pemenuhan untuk biaya kesehatan saja sama sekali tidak ada. Padahal waktu kerja mereka sering di lakukan melebihi waktu kerja normalnya. Hanya mereka yang kebetulan mendapat Bos atau majikan yang selalu berpikir menghargai kerja keras orang lainlah yang dapat di katakan " mujur " Sungguh hidup itu berputar....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun