Mohon tunggu...
Muhammad Rasyid
Muhammad Rasyid Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

KEEP HEALTHY

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solidaritas Tanpa Batas

3 April 2020   14:30 Diperbarui: 3 April 2020   14:32 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemic corona yang terjadi beberapa minggu terakhir benar-benar membuat banyak negara kepayahan. Penyebaran virus yang sangat cepat membuat masyarakat semakin pusing dan khawatir terkena virus tersebut. Anti virus yang belum ditemukan semakin menambah khawatir dan takut terhadap covid-19. Akibatnya berbagai negara menerapkan kebijikan lockdown agar meredam atau menahan penyebaran virus yang cepat menjadi lambat. Contohnya saja negara tetangga yaitu Malaysia. Mereka menerapkan kebijakan lockdown, alias menutup pintu masuk dan keluar negara.

Sebagai negara yang terpapar corona, Indonesia saat ini tidak memiliki pilihan apakah di lockdown atau tidak. Bagaimanapun kalau Indonesia memilih untuk lockdown tentu akan berdampak kepada perekonomian masyarakat. Maka dari itu presiden Indonesia Joko Widodo menerapkan kebijakan untuk melewati 14 hari masa kritis dengan berdiam dirumah,bekerja dirumah,serta beribadah dirumah.

Sejumlah tempat wisata juga tutup sampai batas yang tak ditentukan. Kebijakan tersbut memungkinkan karena banyaknya masyarakat yang ekonominya tidak terlalu tinggi atau kelas bawah kesusahan di masa-masa kritis ini. Jika kebijakan lockdown dilakukan bukan tidak mungkin akan terjadi chaos di masyarakat dan membahayakan orang banyak karena kebutuhan yang tidak cukup membuat masyrakat semakin tidak tahu mau kemana lagi.

Di tengah situasi yang semakin rusuh inilah, penting kiranya masyarakat dunia maupun negara kita sendiri untuk membangun solidaritas tanpa memandang suku,etnis,ataupun agama agar kiranya dapat menghadapi dan berkerja sama untuk saling membantu satu sama lain agar bisa melewati masa-masa kritis ini dengan lancar dan tidak terjatuh korban karena tidak adanya bantuan sama sekali

Salah satu contoh solidaritas di dunia adalah 4 klub Bundesliga menunjukkan solidaritas mereka di tengah krisis akibat pandemi virus corona. Empat klub tersebut membantu klub-klub peserta Bundesliga dan Bundesliga 2 yang sedang mengalami krisis finansial. Dilansir dari Sky Sports,  mereka mengumpulkan dana sebesar 20 juta euro (sekitar Rp 357 miliar).

Rinciannya, 12,5 juta euro (sekitar Rp 223 miliar) berasal dari pendapatan hak siar, sementara 7,5 juta euro (sekitar Rp 134 miliar) lainnya berasal dari dana pribadi masing-masing klub. Bersama tiga klub lain, kami ingin menunjukkan solidaritas ke semua klub di Bundesliga dan Bundesliga 2," kata CEO Bayern Muenchen, Karl Heinz Rummenigge. "Pada masa-masa sulit ini, penting bagi mereka yang kuat membantu yang kesulitan. Dengan ini, kami juga ingin memperlihatkan bahwa sepak bola berdiri bersama saat ini," sambungnya.

Selain itu di kecamatan Indonesia juga melakukan solidaritas yakni di kecamatan Wonigiri. Disana pemerintahnya membagikan masker gratis sebanyak 500 lebih serta menyemprotkan disinfektan ke daerah-daerah yang rawan akan corona tersebut. Hal itu dilakukan agar memutus mata rantai virus corona agar hilang selamanya.

Ada seorang dokter yang bernama dr.Tirta Mandira Hudhi mualaf keturunan Tionghoa , ia dalam minggu-minggu atau masa-masa kritis ini selalu berjuang serta membantu sesama untuk melawan corona , ia membantu dengan membeli entah berapa ribu masker dengan total 400 juta untuk di bagi-bagikan kepada tenaga 

medis maupun orang yang bekerja di luar rumah agar terhindar dari corona. Beliau sampai membuat team sendiri dalam membantu pemerintah untuk menangani virus ini diantara dari program kerja beliau yang sudah terlaksana ada 5. Yakni memasang disinfektan chamber di Jakarta, membagikan APD kepada tenaga medis kesehatan,memberikan nutrisi kepada tenaga medis, edukasi PHBS,dan memastikan amannya social distancing. Tidak hanya itu ia sampai berjibaku 15 jam dalam sehari untuk menangani virus corona ini.

Akhir kata, penting bagi seluruh elemen bangsa, termasuk pada tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk menyadarkan publik bahwa perang  melawan Corona ini tidak akan berhasil kita menangkan tanpa dukungan solidaritas dan saling bahu membahu satu sama lain. Oleh karena itu, kita perlu membangun sinergi bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menghadapi masa-masa sulit ini dengan sikap optimis dan berpikir positif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun