Reshuffle kabinet di era Presiden Prabowo Subianto memang bukan sekadar soal teknis pergantian pejabat, melainkan pesan politik yang sarat simbol dan kepentingan. Publik menyambutnya dengan harapan, tetapi sekaligus menaruh curiga: apakah benar ini langkah pembaruan atau hanya rotasi kekuasaan?
Kritik paling tajam muncul pada pergantian Sri Mulyani yang memunculkan gejolak di pasar. Di sisi lain, masuknya figur-figur baru juga dibaca sebagai bagian dari kompromi politik. Dua kursi yang masih kosong kian memperkuat tafsir bahwa dinamika reshuffle belum selesai.
Namun, di balik semua kontroversi, masyarakat tetap menunggu bukti. Reshuffle hanya akan berarti jika diikuti perbaikan nyata, transparansi, keberanian mengatasi masalah, serta keterlibatan publik dalam kebijakan. Jika tidak, ia akan tinggal sebagai simbol kosong yang hanya memperpanjang daftar kekecewaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI