Mohon tunggu...
Rasya dy Shamrat
Rasya dy Shamrat Mohon Tunggu... Petani - HM R

Belajar untuk meyakinkan usaha sampai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Kontemporer

24 September 2018   16:42 Diperbarui: 28 September 2018   10:45 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wacana tentang persamaan hak dalam status sosial atau yang biasa disebut dengan *gender*, kini menjadi wacana klasik dalam dunia keperempuanan, pasalnya pada era saat ini, perempuan tak lagi dikungkung oleh budaya patriarki yang terus menghambat nafas pergerakan dari seorang perempuan, bahkan banyak sekali perempuan yang dituntut untuk memiliki penghasilan demi menghidupi keluarganya atau bahkan hanya untuk dirinya sendiri. 

Paradigma seperti ini jelas sudah mulai populer dan bahkan dianut oleh sebagian besar orangtua yang menginginkan anaknya untuk menjadi lebih baik daripada dirinya sendiri,salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 

Pendidikan dirasa sangat penting dalam setiap kehidupan manusia, tidak hanya lelaki yang memang dari dulu lebih memiliki tingkat kebebasan, tapi perempuan pun sekarang ini dituntut untuk menempuh pendidikan yang setara dengan lelaki pada umumnya. Bahkan dalam setiap lembaga pun juga menfasilitasi jika ada pihak keluarga yang tidak mengizinkan anaknya untuk berada dalam satu ruangan dengan kaum lelaki. 

Sehingga kaum perempuan juga memiliki kebebasan yang serupa dengan lelaki. Lalu apa yang membedakan kaum lelaki dan perempuan yang sampai saat ini selalu dibicarakan bahkan diperdebatkan dalam suatu forum baik laki-laki maupun perempuan? Salah satunya adalah  sifat pembawaan dan karakter kodrati dari seorang perempuan, hak-hak dan tugas dari seoarang perempuan baik di lingkungan keluarga, ataupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat luas, dan pergaulan yang berbasis sopan santun dan etika, terutama hal-hal yang berkaitan dengan tradisi, dan adat kebiasaan. 

Dengan berbagai perbedaan yang ada, menimbulkan konflik yang bersifat keberlanjutan dan tentunya membuat persitegangan antar perbedaan kelamin di dalam status sosial menjadi tidak menemukan pangkal ujungnya. 

Melainkan menghadirkan situasi yang menuntut perbedaan tetap ke dalam suasana yang tidak teratur, belum lagi ada beberapa doktrinasi yang berakar dari beberapa aspek, baik adat, agama yang selalu membawakan perpektif pembatasan dan pengekangan di sudut pembahasan yang kaku.  padahal, adanya perbedaan kelamin adalah pangkal dari keteraturan yang menyintesiskan kehidupan manusia agar seimbang. Yang satu sama lain saling melengkapi tanpa menghilangkan dan mengubah nilai kodrati yang dimilikinya.

Sehingga antara peran laki-laki maupun perempuan haruslah bersinergi untuk membentuk sebuah perubahan yang lebih progresif, tanpa mempersoalkan bagaimana status dalam ruang lingkup sosial.

Wit 'Atun Nadziroh

Mahasiswi Universitas Wiraraja Sumenep

Fakultas FISIP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun