Mohon tunggu...
rasya alia
rasya alia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Ilmu Komunikasi PJJ UPH

Selanjutnya

Tutup

Diary

Problema Komunikasi Antar Pribadi di Era Digital

15 April 2021   17:13 Diperbarui: 15 April 2021   17:33 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudah bukan sesuatu yang aneh bila setiap orang menggenggam gadget, didalam gadget kita dapat mengikuti perkembangan berita terkini, bahkan saking khawatirnya terlambat mendapat informasi terbaru dimana saja kapan saja dan sedang apa saja bila handphone bergetar langsung dibuka sehingga sering keselamatan dinomor duakan.

Dengan dukungan teknologi kita menjadi mudah berkomunikasi, bahkan kita ikut menjadi anggota group alumni SD, SMP, SMA dan lainnya. Uniknya meskipun kita ikut dalam group tersebut bukan berarti kita pernah berkawan atau kenal dengan seluruh anggota, banyak yang tidak kenal bahkan tidak pernah komunikasi sekalipun sebelumnya, tapi dalam group seolah-olah sudah kenal lama meskipun kadang pertemuan secara off-line belum pernah karena kesibukan atau lokasi yang jauh. Saya punya pengalaman suatu ketika saya berkesempatan bertemu dengan beberapa anggota group WA alumni SD, ternyata saya baru tahu bahwa dia itu satu alumni dengan saya, padahal saya sering berhubungan dengan dia sebelumnya untuk hal lain.

Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan disini, saya ingin berbagi masalah komunikasi yang terjadi antar personal akibat komunikasi daring. Perlu kita ketahui bahwa apa yang kita sampaikan dapat berpengaruh pada bagaimana orang lain memandang diri mereka sendiri, berdampak pada perasaan mereka, keputusan mereka, atau bagaimana mereka berpikir tentang orang lain, dan apa telah di komunikasikan tidak dapat dihapus atau edit dari memori orang lain.

Pernah terjadi seorang anggota group yang japri kesaya, dia curhat karena tersinggung dengan isi perkataan rekan yang lain dan dia berniat keluar dari group, ada kasus lain seorang rekan anggota group yang berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dimana dia bekerja yang notabene menurut sebagian anggota kata tersebut dianggap vulgar. Ada juga kejadian seseorang yang mengirimkan artikel dengan niat bercanda tetapi oleh sebagian anggota justru dianggap menghina, memang kelemahan teknologi informasi dan komunikasi masih belum sepenuhnya menjadikan simbol non verbal, sehingga saat rekan tersebut menulis tidak didukung oleh symbol-simbol yang memperkuat bahwa sebenarnya artikel yang ditulis itu hanya untuk bercanda.

Masalah lain adalah masalah pro dan kontra atas suatu kasus juga dapat menyebabkan pertengkaran anggota dalam group, padahal belum tentu kedua kelompok tersebut benar mengerti masalah apa yang mereka perdebatkan, apalagi kalau sudah masalah yang sensitif seperti SARA, Badan Intelijen Negara menyebutkan bahwa 60% berita ternyata HOAX uniknya lagi berdasarkan hasil survey Statista - 2016 ternyata 41% masyarakat hanya membaca judul sebuah artikel dimana saat ini kecenderungan judul besifat clickbait yang isinya tidak ada hubungan dengan judul. Selain itu dari 59% masyarakat yang membaca ada 59% yang hanya asal membaca dan tidak menyimak isi artikel, tetapi mereka membuat kesimpulan dan bahkan membagikan. 

Ada kasus lain saat seorang rekan yang menawarkan makanan yang dia buat sendiri dalam postingannya disertai kalimat yang menghiba agar anggota buka PO, tapi lucunya kota tempat dia tinggal jauh bahkan luar pulau dari mayoritas anggota dan mungkin hanya dia seorang dari anggota group yang tinggal disana, gimana kirimnya ya kalau itu makanan basah.

Dalam berkomunikasi pada era digital diperlukan literasi dikarenakan kita dapat dengan mudah melakukan komunikasi dengan siapapun dimanapun tanpa hambatan jarak, tetapi justru disini sering terjadi miscommunication antara pengirim dan penerima pesan. Kita harus tahu dan dapat membedakan cara komunikasi antar keluarga, antar teman, komunkasi dalam lingkungan kerja dsb. Khususnya komunikasi antar teman harus dibedakan dengan hubungan persahabatan karena dalam persahabatan masing-masing pihak memiliki peran dan peran tersebut sifatnya saling melengkapi. Kita harus dapat menjaga emosi antara lain mengelola bagaimana cara kita berekspresi agar tidak ada pihak yang tersinggung, kita harus berhati-hati ketika orang lain menyampaikan emosinya dan merespons dengan benar.

Ada islitah popular “Baca dulu! Baru komen” sehingga kita tahu apa yang harus kita komentari, selain itu karena komunikasi era digital ini lintas budaya dan Negara kita harus tahu juga adat atau etika lawan komunikasi kita, jangan sampai terjadi sebenarnya niatnya baik tetapi karena salah dalam cara berkomunikasi akibatnya malah fatal.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun