Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Economist, Stock trader, financial adviser, freelance writer

Hobi Mancing dilaut, menyukai humor, open minded, peniti jalan kehidupan. Suka menulis, percaya bahwa kata-kata bisa menjadi senjata nurani. Menulis bukan untuk menjadi populer, tapi untuk membela yang tertindas dan menggugah yang terlena. Diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Irak: Apa Kabar Setelah Kejatuhan Saddam Husein?

24 Juni 2025   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2025   19:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Saddam Husein: Irak Tidak Menjadi Lebih Baik, Malahan Lebih Rusak

Oleh: Ronald Sumual Pasir

Dua dekade telah berlalu sejak Saddam Husein digulingkan dalam invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Dunia pernah dibuat percaya bahwa tanpa Saddam, Irak akan menjadi negeri demokrasi yang maju, damai, dan sejahtera. Tapi sejarah berkata lain: Irak hari ini bukanlah negara yang pulih---melainkan negara yang setengah hancur, setengah dijajah, dan setengah tenggelam dalam konflik internal tak berujung.

Saddam Husein Jatuh, Tapi Irak Tak Pernah Bangkit

Ketika Amerika masuk ke Baghdad, rakyat Irak menyaksikan patung Saddam ditumbangkan. Tapi setelah itu, tidak ada tatanan baru yang kokoh. Rezim digulingkan, namun tidak ada negara yang dibangun.

Seluruh sistem keamanan, birokrasi, bahkan identitas nasional, runtuh bersamaan dengan jatuhnya Saddam. Ketika kekuasaan kosong, konflik sektarian langsung meledak---antara Sunni yang kehilangan kuasa, dan Syiah yang merasa berhak membalas dendam.

Demokrasi tidak bisa dipaksakan turun dari langit oleh bom-bom pintar. Ia harus lahir dari akar rakyat, bukan dari laras senjata.

Dari Demokrasi Palsu ke Kebangkitan ISIS

Pasca-Saddam, Irak menggelar pemilu, membentuk parlemen, dan memiliki presiden serta perdana menteri. Namun sistem ini bukan demokrasi sejati, melainkan panggung pertarungan elite sektarian dan kelompok milisi.

Ketidakadilan politik dan represi terhadap Sunni memunculkan gerakan bawah tanah yang brutal. Lalu muncullah ISIS, yang mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan dan kekecewaan rakyat.

Pada 2014, ISIS menguasai Mosul dan sepertiga wilayah Irak---memaksa negara ini perang saudara dalam negeri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun