Mohon tunggu...
Raphaela Irene Herybowo
Raphaela Irene Herybowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan

Saya adalah mahasiswi Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Universitas Airlangga, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

ChatGPT Semakin Berkembang: Akankah Manusia Semakin Terbelakang?

6 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 6 Mei 2023   18:42 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.pexels.com/photo/open-laptop-on-desk-16037283/

ChatGPT di mata kebanyakan orang, termasuk saya, merupakan suatu inovasi brilian yang sangat membantu pekerjaan manusia. Mulai dari menyusun paragraf esai, menjawab berbagai macam pertanyaan, hingga membuat kode program, semua dilakoni oleh ChatGPT dalam waktu yang sangat singkat. Pengoperasiannya pun mudah, layaknya "chatting" dengan seorang kawan. Maka, tak heran jika chatbot viral berbasis kecerdasan buatan ini telah meraih sekitar 100 juta pengguna aktif pada dua bulan pertama peluncurannya.

Dengan ketenaran yang tidak kunjung mereda, OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, meluncurkan versi terbaru GPT-4 pada 14 Maret lalu. Dari segi respons komunikasi, tidak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan versi sebelumnya. Namun, OpenAI menggarisbawahi adanya perkembangan besar pada kemampuan GPT-4 dalam mengolah dan memroses gambar. Kemampuannya dalam menalar serta memecahkan permasalahan juga dinilai lebih akurat. GPT-4 bahkan diklaim mampu menuliskan kode pemrograman menggunakan semua bahasa pemrograman utama.

Sam Altman, CEO OpenAI mengakui bahwa versi ini masih belum sempurna, namun sudah selangkah lebih dekat menuju pencapaian Artificial General Intelligence (AGI), di mana sistem akan memiliki kecerdasan yang setara atau bahkan lebih  dari kecerdasan manusia. Positifnya, AGI dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas dari pekerjaan intelektual manusia. Sedangkan negatifnya, sistem tersebut bisa mengalami misalignment, yaitu muncul tujuan internal yang melenceng dari tujuan awal oleh manusia yang bisa berdampak sangat buruk pada tatanan kemanusiaan. "Jika suatu sistem memiliki tujuannya tersendiri, ia akan mengusahakan segala sesuatu untuk mencapai tujuannya.", ungkap salah satu ahli di bidang AI, Stuart Russell (2/4/2023).

Stuart beserta Elon Musk dan petinggi-petinggi teknologi lainnya bahkan mengeluarkan pernyataan kekhawatiran terkait ancaman AGI tersebut.  "Kami meminta laboratorium AI untuk segera menghentikan pengembangan sistem AI yang lebih kuat dibandingkan GPT-4, selama 6 bulan",  tertulis dalam petisi yang telah meraih hingga 5507 persetujuan. Sebagai black box dengan milyaran dan triliunan parameter, tidak mungkin kita bisa dengan detail mengetahui pola pikir sistem AI, begitu pula dalam ChatGPT.

Di tengah keraguan dan ketakutan para petinggi teknologi, Rowan Cheung, pengamat perkembangan AI dan pendiri kanal berita The Rundown, membagikan hasil prediksinya terkait AGI. "Mengingat pesatnya perkembangan AI dalam beberapa minggu terakhir, AGI sekarang diperkirakan akan siap pada Oktober 2032," ungkap Rowan dalam cuitannya di Twitter (29/3/2023). Lantas, apakah Rowan telah mendeteksi akan kemungkinan tetap hadirnya adik dari GPT-4, yaitu GPT-5?

Dari berbagai opini dan perdebatan di media sosial, beberapa hal 'tergila' yang dicanangkan akan dimiliki GPT-5 adalah :

  • Adanya 17.5 triliun parameter, yang menjadikan GPT-5 sebagai salah satu produk inovasi bombastis  di bidang jaringan neural. Dengan jumlah parameter yang 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan GPT-3, GPT-5 digadang memiliki kemampuan kognitif selayaknya manusia.
  • Kemampuan computing yang sangat besar, lebih besar dari gabungan kemampuan seluruh superkomputer yang ada di dunia. Jika ditotal, GPT-5 dapat menggunakan kapasitas computing hingga 1.26 zettaflots.
  • GPT-5 tidak lagi berada dalam level AI. Kepintaran serta kemampuannya setara dengan manusia, sehingga ia diharapkan dapat menembus skala AGI.

Terdengar sangat istimewa, namun juga memunculkan ancaman yang semakin besar. Apabila benar GPT memiliki tujuan internalnya sendiri, tujuan itu akan semakin mudah dipenuhi dengan kehadiran GPT-5 dan seri-seri berikutnya yang akan jauh lebih pintar. Jika manusia tidak bisa mengimbanginya, maka GPT dan AI lainnya akan semakin kuat dan manusia justru akan semakin lemah.

Di Indonesia sendiri, kehadiran ChatGPT sejak awal telah menganggu sektor ketenagakerjaan dan pendidikan. Ajisatria Suleiman, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), mengatakan bahwa kelompok kerja memiliki kemungkinan tertinggal dari fenomena kecerdasan buatan yang ada. Kehadiran ChatGPT yang merupakan cikal bakal dari revolusi kecerdasan buatan telah membawa serta tantangan dan risiko pada jenis-jenis pekerjaan tertentu. Maka, mau tidak mau masyarakat serta kelompok kerja wajib memacu kemampuan dan kapasitas dalam pekerjaan masing-masing agar tidak tertinggal. Sektor-sektor pekerjaan yang melibatkan ChatGPT juga wajib memberikan pembatasan penggunaannya sendiri, tidak perlu campur tangan pemerintah.

Sedangkan pada sektor pendidikan, seringkali ChatGPT disalahgunakan siswa untuk mengerjakan ujian dan soal-soal lainnya dari sekolah. Sekolah telah mengemas pendidikan sekian rupa untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara maksimal. Jika siswa terus mengandalkan ChatGPT, maka kompetensi diri mereka tidak akan terasah. Dengan demikian, sekolah perlu menetapkan aturan dan larangan terkait ChatGPT. "Misalnya ada yang mengatakan bahwa Chat GPT dilarang di dalam ujian, maka pengaturannya bisa diserahkan ke sekolah masing-masing", ujar Ajisatria (24/3/23). Harapannya, Indonesia dapat tetap berjaga dan beradaptasi dalam gempuran revolusi kecerdasan buatan lainnya, seperti GPT-5.

Namun kabar baiknya, baru-baru ini Sam Altman mewakili Open AI menyanggah rumor akan pengembangan GPT-5. Sam Altman dan tim tengah berupaya keras dalam mempelajari dan meningkatkan keamanan GPT-4, bukan melakukan pelatihan GPT-5. "Dengan kemampuan yang terus menerus menjadi lebih serius, standar keamanan harus ditingkatkan.", tambah Altman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun