Mohon tunggu...
Ranto Sibarani
Ranto Sibarani Mohon Tunggu... Advokat/Pengacara -

Ranto Sibarani adalah seorang Advokat/Pengacara. Saat ini sedang menyelesaikan study Pascasarjana Ilmu Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain aktif sebagai Konsultan Hukum, juga aktif sebagai Tenaga Ahli di Komisi A DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tutup TPL itu Keharusan!

9 Januari 2015   20:54 Diperbarui: 21 April 2016   10:03 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="tutup tpl"][/caption]

 

Akhir-akhir ini kita sering melihat di media sosial banyak orang yang menyuarakan soal kerusakan lingkungan di Kawasan Danau Toba yang kebetulan secara geografis dikelilingi oleh 8 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Saat ini kita akrab dengan istilah Geopark, Kaldera Toba, Kerusakan Danau Toba, dan lain-lain.


Namun, dari banyaknya suara yang memaparkan kerusakan lingkungan tersebut, tidak sedikit pula suara yang mencemooh keberadaan sipenyuara tadi. Sebenarnya, apa yang terjadi pada orang-orang yang mengaku peduli terhadap lingkungan di Kawasan Danau Toba?

Saling Mendegradasi Antara Aktivis Peduli Lingkungan

Aktivis peduli lingkungan di Sumatera Utara sebenarnya dapat kita bagi dalam tiga bagian besar. Pertama, aktivis lingkungan yang terorganisasi dalam organisasi yang dilengkapi dengan mekanisme dan program kerja yang dikhususkan untuk lingkungan. Kedua, aktivis lingkungan yang terorganisasi dalam organisasi yang programnya tidak fokus kepada lingkungan. Ketiga, Aktivis lingkungan yang bergerak secara sendiri-sendiri dan akhirnya berkelompok namun tidak diikat oleh organisasi. Setidaknya, ketiga kelompok besar tersebutlah yang saat ini banyak menyuarakan pikiran dan pandangannya tentang kerusakan lingkungan di Kawasan Danau Toba. Meskipun harus diakui, ada satu kelompok lagi yang sangat sibuk bersuara tentang danau toba meskipun hanya melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, BBM, dan lainnya.

Gejala yang terjadi saat ini diantara para aktivis tersebut adalah, adanya situasi saling tuduh dan saling merendahkan posisi siapa yang layak atau tidak layak dalam menyuarakan kerusakan kawasan Danau Toba. Gejala ini sulit dijauhkan dari ketidakmampuan aktivis tersebut mencari fondasi berpikir bahwa apa dan siapa sebenarnya yang melakukan kerusakan lingkungan di Kawasan Danau Toba tersebut. Ketidakmampuan mencari fondasi berpikir tersebut menjadikan para aktivis juga kehilangan kemampuan untuk melihat dan menganalisis siapa yang harus dilawan sebenarnya.

Ibarat bermain bola, jika anda tidak tahu dimana gawang lawan berada maka anda tentulah akan kesulitan kemana menggiring bola, sehingga bola akan dibawa kemana saja sipemain inginkan, meskipun tidak ke arah gawang lawan. Demikian pula dengan gerakan lingkungan, ketidakmampuan melihat siapa sebenarnya perusak lingkungan akan menyebabkan orang-orang yang peduli lingkungan membawa kemana saja isu tersebut, meskipun akhirnya harus melawan orang-orang yang sama pedulinya.

Gejala saling merendahkan posisi ini hanya akan menguntungkan perusak lingkungan yang sesungguhnya. Karena dengan gejala tersebut, setiap gerakan lingkungan akan  mengalami degradasi dengan sendirinya, karena adanya cemoohan dari kelompok yang dianggap sama. Akhirnya, perusak lingkungan dengan mudah melakukan ekspansi dan melakukan praktek-praktek adu domba yang bukan hanya melemahkan gerakan lingkungan, tapi juga merusak semangat dan tujuan orang-orang yang peduli lingkungan tersebut.

Mengapa kita tidak berlomba-lomba mencari dan membuktikan secara ilmiah dan secara sosial bahwa Perusahaan-perusahaan mana yang memang benar-benar merusak lingkungan di kawasan Danau Toba. Ketimbang sibuk mencari-cari kelemahan dan kelayakan siapa sebenarnya yang layak menyuarakan kerusakan lingkungan di Danau Toba.

Namun harus dicatat, siapa-siapa saja yang selama ini sudah menikmati keberadaan Perusahaan-perusahaan perusak lingkungan tersebut namun saat ini tiba-tiba peduli lingkungan. Bagaimanapun, setiap orang yang sudah terkontaminasi dengan dana-dana perusahaan perusak lingkungan tersebut akan terlihat ragu-ragu saat membuat aksi-aksi untuk menutup perusahaan yang sudah dia nikmati fasilitas dan dananya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun