Mohon tunggu...
Ranto Sibarani
Ranto Sibarani Mohon Tunggu... Advokat/Pengacara -

Ranto Sibarani adalah seorang Advokat/Pengacara. Saat ini sedang menyelesaikan study Pascasarjana Ilmu Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain aktif sebagai Konsultan Hukum, juga aktif sebagai Tenaga Ahli di Komisi A DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Anies, 18 Tahun Mengabdi Guru ini Masih Tenaga Honor

25 Juni 2015   23:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

Menjadi guru adalah suatu tugas mulia, mencerdaskan anak-anak generasi bangsa adalah salah satu pengabdian untuk negara, kemuliaan dan pengabdian warga terhadap negara adalah salah satu kunci berhasilnya suatu negara. Namun jika sampai 18 tahun menjadi tenaga honor dengan gaji dibawah 700 ribu rupiah per bulannya -itupun sering diberikan sekali dalam tiga bulan- maka pengabdian itu berpotensi menjadi lapangan penindasan yang dilakukan oleh negara terhadap aparaturnya, kemuliaan pengabdian kadang tidak mendapatkan balasan yang setimpal.

Pengabdian 18 tahun itu dilakukan oleh Supriati (46) dengan sepenuh hati, ia mengajar di SD Negeri 056641 Desa Teluk Meku, Kecamatan Babalan, Langkat sejak tahun 1992 sebagai tenaga honorer, namun sampai saat ini belum mendapat pengakuan dari negara sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ironisnya, beberapa anak-anak yang dulunya menjadi murid Supriati, saat ini malah sudah menjadi Pegawai Negeri ditempatnya mengabdi, “Murid yang dulu saya ajar, sekarang sudah menjadi wali murid dan tenaga PNS di sekolah saya mengajar, dan saya tetap sebagai tenaga honor” lirihnya. Ia sangat berharap bapak Menteri Pendidikan Anies Baswedan mendengar kisahnya ini.

Supriati sebenarnya sudah pernah mencoba “menaikkan” status pengabdiannya dari tenaga honorer untuk menjadi PNS melalui jalur K2, namun pengajuannya tersebut belum diluluskan oleh instansi terkait. Meskipun demikian, Supriati masih mengabdi dengan sepenuh hati menjadi guru  bahkan ia turut mengajar diluar jam sekolah bersama Yayasan Fondasi Hidup demi untuk mencerdaskan anak-anak yang mereka yakini akan menjadi penentu masa depan negeri ini. “Saya aktif mengajar diluar jam sekolah untuk membantu anak-anak yang meningkatkan kemampuannya membaca dan berhitung” ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, suami Supriati menjadi nelayan dengan sampan kecil bertenaga diesel yang dibeli dari tabungan keluarga pada tahun 1999 seharga 2 juta rupiah, mereka biasa menyebut sampan ini “Pekarangan”. “Pekarangan itulah yang digunakan suami saya untuk mencari nafkah dilaut, kalau mengandalkan gaji honor saya mungkin tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Supriati sambil menunjuk sampan yang terbuat dari kayu berukuran kira-kira 1 x 4 meter kepada penulis. Supriati menikahi suaminya, Hairan yang berasal dari Banjar, Kalimantan pada tahun 1999. Supriati sendiri lahir di Sumatera, orangtuanya berasal dari Jawa Tengah.

Cita-cita Supriati saat ini sangat sederhana, ia ingin menyekolahkan anak satu-satunya Rahman (15) yang saat ini baru lulus SMP ke sekolah yang lebih tinggi. “Saya dulu mengajar sambil kuliah jarak jauh di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan wisuda Sarjana Pendidikan tahun 1997, saya berharap Rahman bisa sekolah lebih tinggi dari saya,” ucap Supriati penuh harap. Ia bahkan tidak menyesal meraih gelar Sarjana meskipun masih tenaga honor, “Kita harus berpendidikan untuk mendukung kemajuan negara kita, meskipun pendidikan saat ini tidak menjamin kesejahteraan kita.” Demikian motivasi Supriati, yang saat ini tinggal di rumah papan berbentuk panggung yang terletak dipinggiran pipa-pipa minyak milik Pertamina di Dusun Paluh Sipat, Langkat.

 

#ransibar

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun