Saya baru saja melihat cuplikan video tiktok yang menggambarkan kehidupan di Korea Utara. Latarnya terlihat masih versi Indonesia tahun 90-an, minim teknologi dan jauh dari hiruk pikuk seperti kota di negara-negara lain pada umumnya.Â
Dan komentar di video tersebut mudah tertebak, seperti "kasihan banget yah masayarakatnya, sangat tertinggal, kasihan yah tidak bisa merasakan teknologi, kasihan yah kayak tidak bebas, kasihan yah tidak bisa main socmed" dan komentar lain yang bernada sama.
Saya kemudian bertanya, apa salahnya menjadi tertinggal? apakah tertinggal menentukan kualitas hidup? apakah memenuhi parameter negara maju menjadikan masyarakatnya jauh lebih bahagia dan tenang?.Â
Di video cuplikan negara Korut tersebut, saya tidak melihat ekspresi masyarakat yang tertekan dan sedih, sebaliknya terlihat bahagia, tenang dan damai.
Sama seperti kasus korut, generasi sekarang banyak menilai zaman sekarang lebih baik dari tahun 2000-an karena indikator tidak adanya teknologi, atau pun masyarakat perkotaan yang melihat manusia di pelosok desa menyedihkan sebab tidak ada akses internet yang memadai dan segala kekurangnya. Selalu begitu, yang tertinggal dinilai tidak lebih baik dari pada manusia yang hidup di zaman modern.
Badan Pusat Statistik tahun 2021 telah merilis indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia yang diukur melalui kepuasa hidup, perasaan dan makna hidup.Â
Hasilnya di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di desa, tetapi selisih perbedaannya hanya 0,56%, artinya sangat kecil. Â Dan indeks kebahagiaan tersebut juga subjektif berdasarkan perspektif dari pernyataan warga yang disurvei.Â
Dalam kajian tersebut belum digolongkan pula apa yang membuat seseorang bahagia, tenang dan damai, apakah linear dengan kemajuan teknologi atau tidak.Â
Hal tersebut sebaiknya perlu dianalisis untuk memperoleh jawaban akurat terkait manakah paling baik masanya, masyarakat di kawasan tertinggal atau masyarakat di lingkungan modern.
Sebagai yang mempercayai konsep-konsep Teori Pengkondisian Klasik bahwa  semua pembelajaran terjadi melalui interaksi individu dengan lingkungan dan lingkungan membentuk perilaku kita.Â
Atas dasar tersebut, berkaitan dengan pembahasan di atas, sehingga bisa dibantah bahwa kehidupan modern belum tentu lebih baik dari manusia yang hidup di masa yang tidak modern atau tertinggal, diukur dari perasaan bahagia, ketenangan dan rasa damai. Begini: