Trilogi ajaran islam, yakni Iman, Islam, dan Ihsan tercantum dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan muslim. Hadist ini berkisah tentang malaikat jibril yang diutus oleh Allah SWT datang menemui Rasulullah untuk mengajarkan tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiganya mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bila kita pahami lebih mendalam, islam lebih mengarah kepada amal lahir, seperti shalat, zakat, haji, dan rukun islam yang lainnya. Sedangkan iman lebih menekankan kepada amal batin, seperti iman kepada allah, malaikat-Nya, Rasul-Nya, dan rukun iman yang lainnya. Adapun ihsan adalah puncak penghambaan yang sesugguhya yang harus mengiringi setiap aktivitas seorang hamba.
Seseorang dapat dikatakan sebagai muslim sejati jika sudah beribadah dengan bermodalkan islam, iman dan ihsan yang kuat. Karena islam telah mengajarkan cara- cara beribadah lahir kepada-Nya. Iman yang mengarahkan hati untuk membenarkan dan bergantung kepada-Nya. Sedang lautan ihsan adalah puncak kedamaian seorang hamba karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT, dalam setiap lisan dan perbuatannya.
Islam lebih menekankan amal lahir, tindakan yang nyata sebagai bukti keimanannya. Ilmu yang membahasnya adalah fiqih, yaitu ilmu yang berisi tentang hukum – hukum syari’at praktis yang diwajibkan Allah SWT. Untuk dilaksanakan oleh kaum muslimin. Sedangkan ihsan adalah perwujudan dari iman dan islam seseorang, sekaligus sebagai cermin kadar iman dan islam seseorang. Ilmu yang membahas mengenai ihsan yaitu ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang berisi tentang akhlak batin yang merupakan hal – hal yang menyelamatkan dan hal – hal yang merusak yang harus ditinggalkan untuk meraih akhlak yang terpuji. Iman merupakan kepercayaan yang dapat kita perkuat dengan ilmu, namun mudah melemah dengan kebodohan. Iman juga dapat meningkat dengan cara mengamalkan amal saleh, dan dapat menurun jika berbuat maksiat.
Memiliki keimanan yang kuat dengan cara menampilkannya dalam bentuk menjalankan rukun islam dengan benar dan memiliki keihsanan yang sempurna dalam kehidupan. Dan akhirnya kita akan mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat dalam naungan ridha-Nya.
Penulis : Raniah Tamarisha, Prof. Asep Usman Ismail.
