Mohon tunggu...
Rani Ardesi Pratiwi
Rani Ardesi Pratiwi Mohon Tunggu... Dosen - Mejadi baik itu harus.

MEMACU LANGKAH, MELAWAN ARUS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Smartphone, Smarth Choice?

8 Juni 2021   10:55 Diperbarui: 15 Juni 2021   08:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Minggu lalu, salah seorang kolegaku mengeluhkan smartphone kepunyaannya, rusak. Seisi kantor gempar karena dia bercerita dengan penuh histeris. Aku sempat terbawa suasana, karena menurutku smartphone merupakan barang mewah. Barang yang tidak mungkin dapat dibeli hanya dengan uang seratus ribu saja.

"Ini semua gara-gara Aga, anak bungsuku", dia tampak begitu emosi melontarkan kata-katanya sambil mengeluarkan smartphone yang layarnya sudah rusak.

Rasa prihatinku pun berubah menjadi perasaan benci yang tidak terbendung. Setelah aku tahu bahwa kolegaku itu menganaktirikan si Bungsu demi sebuah smartphone. Anak itu baru berusia 6 tahun. Anak yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Namun, nyatanya perhatian itu tidak didapatkannya dari siapa pun.

Ketika pulang sekolah, dia tidak menemukan kedua orang tuanya di rumah. Ayahnya yang bekerja sebagai karyawan swasta dan ibu sebagai sebagai guru membut kehidupannya menjadi lengang. Ketika dia sudah lelah bermain sendiri,  orang tuanya pulang dan terus saja sibuk dengan smartphone mereka masing-masing. Mereka duduk saling berjauhan dan terlena dengan mainannya. Sampai suatu ketika, si Bungsu ingin bertanya mengenai tugas sekolahnya kepada si Ibu, tetapi yang dia dapatkan hanya raut datar tanpa jawaban. Dia jengkel dan tangan nakalnya pun memukul smartphone tersebut sampai terkapar tak berdaya di lantai ruang tamu.

Sekelumit kisah tersebut membuat kita bertanya-tanya "Apakah smartphone bisa menjadi pilihan pintar bagi pemiliknya?" Mungkin ada benarnya apa yang disampaikan oleh Suriasumantri "Ada masanya tekonologi mengikuti perkembangan manusia, tapi akan tiba masanya saat manusia akan mengikuti perkembangan teknologi". 

Itulah yang terjadi sekarang, keberadaan smartphone membuat manusia makin lalai dengan kewajibannya. Tidak hanya anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang tua pun tidak lagi peduli dengan  tanggung jawab dan lingkungan tempat dia berada.

Malapetaka memang tidak akan pernah mengelak jika manusia tidak lagi bisa menggunakan sesuatu sesuai konteks. Kemudahan hidup dalam wujud smartphone ini akhirnya membuat manusia lalai dengan tujuan hidupnya sebagai manusia. Manusia tidak lagi peduli dengan manusia lain. 

Tidak lagi ada yang namanya tegur sapa saat sama-sama menuggu bus di halte.  Hal yang ada hanya tegur sapa melalu  WA, line, dan aplikasi lainnya. Kita tidak bisa pungkiri, keberadaan smartphone sedikit banyaknya memberikan manfaat bagi penggunanya. Pengguna smartphone bisa mengikuti perkembangan dunia hanya dengan satu klik. Hal ini akan membuat si pengguna menjadi semakin kekinian. Namun, apakah kekinian akan menjadi jaminan si  penggunan semakin peka dan peduli?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun