Mohon tunggu...
Adol Frian Rumaijuk
Adol Frian Rumaijuk Mohon Tunggu... Jurnalis - Berjuang demi sesuap nasi

Jolma na pogos alai mamora di roha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tim Kompak, Indonesia Sukses 2030

23 Maret 2018   12:25 Diperbarui: 23 Maret 2018   12:51 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ikhwan-perbaungan.blogspot.co.id/2013/06/arti-warna-merah-dan-putih-pada-bendera.html

"Padahal, kekayaan kita ada di laut, sumber daya alam kita ada di laut," kata Presiden saat memberikan sambutan pada Puncak Budaya Maritim Pesta Laut Mappanretasi 2017 di Pantai Pegagan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Minggu (7/5/2017) dilansir liputan6. Bahkan, diperkirakan sumber daya alam laut Indonesia memiliki potensi kurang lebih Rp 17 ribu triliun setiap tahun.

Laut menjadi salah satu sektor potensi kekayaan Indonesia. Tentu ini adalah incaran negara-negara yang miskin akan kekayaan alam. Bahkan, apakah kita sadar atau tidak, eksplotasi oleh negara lain terhadap sumberdaya alam kita terus berlangsung. Bukan maksud mencari siapa yang salah dalam proses ini, namun saatnya bangsa ini sadar agar kiranya apa yang diprediksi lewat cerita fiksi novel tersebut tidak bisa terjadi.

Tentu, bukan hanya presiden yang bertanggung jawab untuk hal itu. Presiden atau pemerintah tidak satu-satunya yang bertanggung jawab akan keselamatan, keberlanjutan negara ini. Namun pemerintah, masyarakat dan aparat seluruhnya menjadi tim yang solid untuk mengkawal negara ini mau kemana.

Presiden Joko Widodo sudah mulai dengan mempertahankan wilayah maritim, negara ini dikelilingi lautan bahkan luas lautannya lebih besar dari luar daratan. Tentu potensi terbesar ada di lautan, justru itu diselamatkan mulai dari sekarang.

Bukan saatnya kita menyalahkan pemerintah yang sedang berjalan. Namun kita turut mengkawal para pejabat kita juga yang membantu presiden agar tidak turut hanyut dalam korupsi yang kini menggerogoti bangsa ini.

Kini menurut penulis, negara ini sedang mengalami dua hal penyakit kronis. Pertama penyakit yang datang dari dalam, korupsi. Kemudian penyakit yang datang dari luar, narkotika.

Sayangnya, kini lembaga yang kita yakini mampu menyembuhkan penyakit internal itu, sudah menjadi sorotan. Dimana KPK masuk dalam ranah politik praktis dengan menyatakan bahwa 90 persen calon kepala daerah bakal tersangka, kemudian pada Senin (19/3/2018) Zumi Zola tampak menghadiri acara KPK bersama Pemerintah Provinsi Jambi bertajuk "Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi di Provinsi Jambi". Sementara status Zumi Zola sebagai tersangka korupsi.

Kemudian terkait peredaran gelap narkoba yang sepertinya telah terskenario untuk diedarkan di Indonesia dengan sasaran generasi muda. Tentu dengan merusak generasi muda, beberapa tahun yang akan datang-mungkin 2030- bangsa ini akan menjadi bangsa yang hanyut dibawah pengaruh narkoba secara menyeluruh. Bukan saja beredar dengan narkotika langsung, namun juga dikombinasi dengan produk-produk makanan yang biasa dikonsumi anak-anak. Berbagai metode dilakukan untuk bagaimana narkoba sampai kepada generasi muda.

Menurut penulis, inilah yang akan mengakibatkan bangsa ini tenggelam di tahun 2030 yang disebutkan dalam fiksi itu, meski bukan flot utama pembahasan. Bangsa-bangsa di dunia tentu akan terganggu dan terdampak saat negara adidaya berperang.

Nah, kita tentunya harus melihat ini sebagai persoalan serius namun bukan dengan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Melainkan, kita harus sama-sama memikul dan mencari jalan keluar. Semua pengen jadi pemimpin, semua ingin berkuasa. Apakah kita sudah berpikir panjang untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik?

Pernah saya berpikir, bahwa sesungguhnya mereka yang mengaku ingin menegakkan keadilan, membawa bangsa ini ke arah lebih baik saat kampanye politik, semuanya kosong belaka. Buktinya, ada yang sudah melakukan kecurangan sebelumnya, maju mencalonkan diri sebagai pejabat di lembaga-lembaga tinggi hanya untuk melindungi diri sendiri dari kesalahan yang sudah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun