Mohon tunggu...
Rangga Putra
Rangga Putra Mohon Tunggu... -

Lahir di Kota Pahlawan Surabaya dan besar di Kota Santri Gresik. Suka Bismillah dan Alhamdulillah.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Perlukah Pemain Naturalisasi Untuk Mengangkat Prestasi Timnas Indonesia?

26 September 2011   12:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_133379" align="aligncenter" width="300" caption="from Google"][/caption] Pertama; Di tengah riah-riuh gegap gempita kehidupan rakyat Indonesia yang penuh dengan skandal – skandal korupsi atau permasalah bangsa lainnya. Hanya satu pelarian atau bisa dikatakan hiburan bagi rakyat Indonesia, hiburan tersebut bernama ‘Sepakbola.’ Sepak bola telah menjelma menjadi permainan tradisionalyang telah mendarah daging dalam raga rakyat Indonesia. Tidak peduli korupsi dan tidak peduli politik, yang penting timnas Indonesia menang! (baca: berprestasi). Ketika kita ‘diinjak – injak’ oleh negeri tetangga mengenai penyiksaan TKW atau klaim pulau terluar Indonesia, tanpa diperintah pun rakyat siap angkat senjata dan berkorban nyawa demi harkat dan martabat bangsa besar ini. Blok – blok supporter klub lokal pun mengesampingkan rivalitas ketika mereka antri masuk stadion utama Bung Karno. Jauh – jauh hari mereka (supporter) menyatakan ‘gencatan senjata’ apabila timnas Indonesia berlaga.

Kedua; Rakyat Indonesia tengah dilanda rindu prestasi Timnas Indonesia stadium III! Sehingga jalan apapun yang bisa ditempuh untuk mendorong timnas agar berprestasi akan didukung termasuk naturalisasi pemain keturunan. Rayat Indonesia secara psikologis menganggap hampir semua ‘produk’ asing lebih baik dari ‘produk’ lokal. Dan mereka akan bangga karena bisa ‘membeli’ atau sekedar ‘memakai.’

Mungkin sudah satu dekade ini timnas Indonesia belum ada prestasi yang membanggakan selain juara Piala Kemerdekaan (itu pun diwarnai walk out). Wacana untuk menaturalisasi pemain sepak bola keturunan pun menjadi ide terobosan yang fantastis. (Utopis?)

Namun pertanyaannya, apa urgensi untuk menerapkan ide itu? (baca: naturalisasi). Ide naturalisasi pun menjadi kontroversi di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Namun ditengah ide fantastis ini, ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dikaji lebih dalam. Ini (naturalisasi) bukan masalah setuju atau tidak setuju, namun apakah bermanfaat?

1. Nasionalisme. Meskipun mereka mempunyai darah Indonesia, apakah lantas ‘level’ nasionalisme mereka dapat disetarakan dengan pemain asli Indonesia? Mengenakan seragam ‘merah – putih’ adalah impian setiap pesepakbola lokal dan mereka bangga dan akan siap berkorban di lapangan demi membela ‘merah – putih.’ (saya pun masih mempunyai mimpi itu). Saya khawatir bila mereka (naturalisasi) bermain akan menganggap seragam ‘merah – putih’ adalah seragam ‘klub’ bukan ‘simbol bangsa’ sebagai representasi harapan 230 juta rakyat Indonesia.

2. Nilai kontrak, gaji dan fasilitas. Berapa biaya yang harus dikeluarkan BTN untuk mengontrak dan menggaji pemain naturalisasi? Mereka (naturalisasi) tentunya akan meminta nilai kontrak yang tinggi dan fasilitas yang lebih daripada pemain lokal. Hal ini memungkinkan terjadinya kesenjangan fasilitas antara pemain lokal dan pemain naturalisasi. Bagaimana perasaan pemain lokal jika diperlakukan seperti itu? Ini tentu memperburuk kekompakan tim. Tentu saja kita tidak menginginkan ‘masalah’ tersebut berlanjut di lapangan

3. Kompetisi dan pembinaan usia dini. Mungkin sebagian besar dana BTN atau PSSI banyak digelontorkan untuk mengontrak pelatih asing. Apabila agenda naturalisasi ini terjadi, maka ‘budget’ kompetisi dan pembinaan dini akan kian tergerus. Mengapa tidak digunakan untuk proyek kompetisi liga usia remaja dan pembinaan usia dini? Ini lebih bermanfaat dari pada proyek ‘instan’ prestasi timnas.

Kesimpulan saya adalah, jika kita bercermin pada timnas Singapura atau bahkan Filipina yang banyak pemain naturalisasinya, lantas apakah kita bangga prestasi yang dicapai berkat pemain ‘bayaran’ yang notabene bukan pemain asli Indonesia. Kemudian, apa urgensi dari naturalisasi pemain keturunan? Apakah untuk memuaskan dahaga prestasi? Setelah berprestasi apakah akan tetap dilanjutkan program tersebut? Menurut saya, perlu adanya kombinasi yang kuat untuk mengkolaborasikan antara pemain lokal dan naturalisasi. Persamaan tujuan untuk mengangkat prestasi timnas dan didukung rasa nasionalisme serta ‘sense of crisis - sense of belonging’ yang kuat.

Saya lebih bangga timnas Indonesia kalah terhormat daripada menang dengan ‘bantuan.’ Sekali lagi tulisan ini bukan untuk memperuncing kontroversi setuju atau tidak setuju melainkan untuk mencari sebuah solusi yang terbaik bagi perkembangan sepak bola Indonesia.

Salam Restorasi Sepakbola Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun