Mohon tunggu...
Brhe Ranangga
Brhe Ranangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi memasak sambil membaca berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feminisme di Kalangan Remaja Indonesia

10 Agustus 2022   00:08 Diperbarui: 10 Agustus 2022   00:17 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Feminisme adalah suatu bentuk pemikiran dan gerakan yang bertujuan untuk menyuarakan kesetaraan gender atau secara khusus memperjuangkan hak-hak kewanitaan. Feminisme pertama kali muncul pada akhir abad ke-18 dan semakin berkembang pada awal abad ke-20. 

Berawal dari kampanye agar derajat perempuan dapat setara dengan laki-laki, secara khusus dalam kehidupan sosial. Feminisme muncul sebagai gebrakan dan penolakan terhadap mindset patriarki yang terus menekan kedudukan perempuan pada masanya, sehingga menciptakan kesenjangan yang diakibatkan oleh gender. 

Pada masanya, para Feminis mengemban tugas yang besar dan berat. Karena sejatinya lawan mereka bukan hanya para laki-laki dengan pemikiran misoginis, namun juga pemikiran patriarkis yang telah melekat pada sesama perempuan. 

Bukan berarti bahwa mereka juga membenci sesama perempuan, namun tanpa disadari pikiran dan perbuatan yang menyudutkan seseorang yang didasari oleh stigma sosial terkait gender sering kali dianggap wajar atau lumrah. 

Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa seorang anak kecil masih membatasi warna sesuai jenis kelamin. Seperti biru untuk anak laki-laki, dan merah muda untuk anak perempuan. 

Padahal pada kenyataannya, warna seharusnya tidak terbatas oleh jenis kelamin. Tentu ini semua tidak menjadikan anak kecil dengan pola pikir demikian membuat mereka bersalah. Selayaknya seorang anak kecil belajar lebih banyak dari lingkup kecil, tentu lingkungan sekitar menjadi faktor utama. 

Masih dalam topik Feminisme, Feminisme tidak hanya menyinggung perempuan secara khusus namun pada dasarnya kesetaraan gender tidak mungkin berpihak, sehingga hal ini berlaku pula sebaliknya. 

Pemahaman mengenai Feminisme pada remaja di Indonesia relatif tergolong kurang. Sebagai contoh, pendidikan karakter berbasis gender masih menjadi topik tabu bagi beberapa golongan. 

Sehingga seringkali rawan kesalahpahaman mengenai suatu anggapan terkait hal tersebut. Kenyataannya, pendidikan karakter berbasis gender merupakan poin penting dalam perkembangan karakter remaja. Mulai dari hal kecil, seperti menghargai orang lain terlepas dari identitas atau jenis kelamin. Sangat disayangkan apabila hal yang memiliki dampak positif masih dikesampingkan. 

Tujuan dari pengenalan isu kesetaraan gender di usia remaja pun bukan hal yang mudah, namun juga tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang rumit. Setiap buah pemikiran dari ideologi atau gagasan akan suatu paham tentu akan memunculkan pro dan kontra.

 Sehingga akan tercipta atmosfer yang tepat untuk bertukar opini, Focus Group Discussion dengan harapan agar lembaga pendidikan formal dapat mempertimbangkan untuk mengenalkan materi konseling berbasis gender terhadap siswa-siswi di sekolah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun