Mohon tunggu...
Ramdan Febrian
Ramdan Febrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Buruh tulis

Penulis dan penerjemah. Fokus di bidang sosial dan sains.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Nilai-nilai Kesenian Kuda Renggong dari Gempuran Globalisasi

27 Februari 2020   10:05 Diperbarui: 27 Februari 2020   16:42 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemudian selanjutnya nilai yang patut dilestarikan dalam kesenian Kuda Renggong adalah universal. sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia di berbagai bangsa di berbagai tempat di dunia. Kuda bahkan banyak dijadikan simbol kekuatan, kejantanan, kepahlawanan, kewibawaan, dan lain-lain.

Selanjutnya nilai estetika. Dalam kesenian Kuda Renggong memang terdapat keindahan yang diperlihatkan melalui pakaian yang dipakai oleh Kuda Renggong yang meriah termasuk juga anak yang menungganginya, pemain musik serta penari pengiringnya.

Lalu ada juga nilai tentang interaksi antar makhluk Tuhan. Kesadaran para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya tidak semata-mata layaknya binatang peliharaan, melainkan cenderung memosisikan kuda sebagai makhluk Tuhan yang dimanjakan, baik dari pemilihan, makanannya, perawatannya, dan pakaiannya.

Selanjutnya adalah nilai teatrikalnya. Ketika Kuda melakukan aksinya menari dan bersilat bersama juru latihnya, atraksi itu membuat pentas Kuda Renggong tampak berwibawa dan memesona.

Yang tak kalah penting dari Kuda Renggong adalah tertanam nilai kerja sama dan nilai kekompakan dan ketekunan. Kemudian terakhir adalah soal nilai sosial yang bisa terlihat dari rasa sosial masyarakat yang sangat terasa dengan saling peduli dan membantu dalam proses pelaksanaan kesenian ini.

Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kesenian Kuda Renggong tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu dari dahulu sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan perlu dijaga dan dilestarikan.

Hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai dimaksudkan oleh Soekamto (1983) bahwa nilai merupakan ukuran-ukuran patokan keyakinan yang dianut orang banyak di dalam lingkungan suatu kebudayaan tertentu, mengenai apa yang benar, pantas dan baik untuk dikerjakan dan diperhatikan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa nilai itu sebagai sesuatu yang baik yang patut untuk dikerjakan dan diperhatikan bahkan harus dilestarikan masyarakat.

Menjaga dari dampak negatif globalisasi

Penting bagi kita sebagai anak bangsa untuk melestarikan budaya kesenian sebagai identitas kita sendiri. Wajar saja. Kalau bukan kita yang menjaga lalu siapa lagi?

Pada era globalisasi ini, akulturasi budaya semakin tidak bisa dibendung. Memang kita tidak boleh antipati terhadap hal itu, namun tetap saja kita juga harus punya karakter sendiri. Salah satu upayanya dengan melestarikan kesenian dan budaya kita sendiri.

Pasalnya, dalam keseharian saja kita bisa melihat, bagaimana mayoritas orang sulit untuk tidak lepas dari gawai. Bagaimana generasi-generasi muda, sibuk bermain permainan daring. Bagaimana mereka sibuk bermedia sosial. Meski ada positifnya, banyak juga negatifnya. Salah satunya menurunnya minat untuk mengulik kesenian tradisional milik kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun