Mohon tunggu...
M. Jundurrahmaan
M. Jundurrahmaan Mohon Tunggu... -

seniman kawakan dari bawah tanah.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Menyikapi Sarumpaet dengan Baik dan Benar

3 Oktober 2018   18:44 Diperbarui: 3 Oktober 2018   19:01 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Singkat kata, perihal hoaks yang sekarang kebenarannya baru saja diungkapkan oleh Ratna Sarumpaet dalam konferensi-pers ia adakan kuranglebih tepatnya pada hari ini, saya rasa kita lebih perlu mengambil sebuah pesan moral ketimbang menukil semacam tapal-batu darinya, yakni; kita masih kelewatan bodoh di hadapan penguasa dan hal itu bisa bertimbal-balik karena setiap individu dalam politik sendiri adalah seorang manusia. 

Mereka mampu bertingkah selayaknya seorang Sengkuni terhadap sesamanya, mau itu secara sembunyi atau dengan terang-terangan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Semua ini, tapinya, terlebih dahulu digambarkan dengan sebuah narasi yang padu dan digembar-gemborkan ke setiap pihak dalam negara ini.

Ini lebih dikarenakan kita terlalu banyak berfanatika secara taklid dengan unsur-unsur mencari ideologi macam apa yang cocok untuk Indonesia pada era posmodern ini ketimbang memilahnya terlebih dahulu. 

Tak heran jika sekarang kita sedang menghadapi pengkubuan dengan istilah 'cebong' atau 'kampret', kendati aparatur negara---dari para pejabat sampai Presiden sendiri---telah berkali-kali meminta kecenderungan tersebut untuk dihentikan. Sehingga 'sosok' lebih banyak dijunjung ketimbang 'ide' yang diajukan.

Saya pribadi tentunya tidak ingin menduga-duga apa makna dari Sarumpaet merangkai hoaks ia sebarkan ke kawan-kawannya. Mungkin saja dia tidak sengaja keblinger, atau bahkan ada alasan tertentu mengapa ia telah melakukannya sehingga ia memanggil dirinya sendiri sebagai 'seorang pencipta hoaks yang terbaik', ketimbang 'pengatur hoaks terburuk' karena data-data di lapangan ternyata berpantul-balik dengan apa yang ia omongkan. 

Bisa jadi, dan saya harap saya salah, ini merupakan salah satu langkah agar jumlah suara yang kubu Sarumpaet kelak dapatkan saat Pemilu nanti karena faktor simpati dari segelintir banyak rakyat seandainya, kemungkinan besar seperti ini sebetulnya, tiga penganiaya tersebut terbukti adalah orang-orang pendukung paslon Petahana - Ma'ruf Amin.

Atau bahkan oknum-oknum gelap dari aparatur negara sebagaimana kalau tidak salah, sempat diungkapkan kepada Tempo dalam salah satu lansirannya bahwa Ratna sempat menulis pesan untuk grup WhatsApp wartawan (entah dari golongan media mana); 'Mereka kan yang punya kekuasaan dan senjata. Saya punya anak-anak dan keluarga yang seumur hidup menanggung stigma karena saya."

Jika benar dugaan saya bahwa hoaks ini disebarluaskan secara sengaja, terutamanya dari Fadli Zon pribadi yang kuranglebih menjadi pemicu utama mengapa berita palsu ini bisa tersinyalir, maka tentu saja ini berarus kembali pada poin saya telah sampaikan sebelumnya; kita terlalu bodoh terhadap para elitis negara kita sendiri, sehingga kabar tersebut disambung penyiarannya oleh pendukung-pendukung kubu oposisi dan pada akhirnya diliput oleh media pers, dengan nada-nada yang meyakinkan. 

Mungkin keyakinan-palsu ini bersumber dari pengakuan-pengakuan sumber-sumber terpisah, seperti misalkan pengacara Ratna kepada harian Tempo, yang mengungkap informasi tersebut secara demikian, namun sekali lagi; ini juga berartikan, kita semua terlalu gampang mencerna informasi dari pihak-pihak atas.

Semoga saja kita sendiri yang insyaf, bukannya Ratna Sarumpaet yang sudah terlebih dahulu memilih untuk melakukan hal demikian.

03/10/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun