Sebelum terjun jauh ke tulisan ini, mulanya akan saya katakan, "Tamales Ngalu Nuhat yang ke-30, AREMA!" (Meski telat 3 hari, tapi ucapan ini tulus)
Arema berdiri pada 11 Agustus 1987. Diprakarsai Brigjen (Pur) Acub Zaenal dan Ir Lucky Adrianda Acub Zaenal, misi utama didirikannya Arema hanya satu; Menyatukan arek-arek Malang, itu saja.
Sejenak menengok kilas balik, ketika Kompetisi Galatama semarak di beberapa kota besar, Malang hanya duduk santai.
Jika ingin menyaksikan pertandingan Galatama, orang Malang harus menempuh jarak kurang lebih 95 km untuk menuju Surabaya. Tujuannya untuk bisa menyaksikan Niac Mitra, klub asal Kota Pahlawan.
Akhirnya Acub Zaenal dan Sam Ikul pun melahirkan klub sepak bola Malang yang bertipikal keras; Arema!Â
Sudah 3 dekade Arema meramaikan hiruk-pikuk sepak bola Indonesia. 30 tahun adalah waktu yang lama bagi umur sebuah klub sepak bola Indonesia.
Namun kini Arema sedang diselimuti pilu. Ia mengidap penyakit yang begitu kronis. Jika saya harus mengibaratkan kondisi Arema saat ini; Singo Edan bak kakek yang memiliki dua anak laki-laki berjiwa ksatria, dan keduanya saling berebut harta serta warisan.
Rasanya jika harus berbicara sebab musabab, saya yakin itu akan memperkeruh suasana. Namun yang jelas, pemulihan penyakit yang ada dalam diri Arema hanya mampu disembuhkan oleh satu pahlawan; Aremania.Â
Tanpa disadari, jauh sebelum Arema dilahirkan, Acub Zainal dan Sam Ikul sudah memikirkan panjang lebar.
Mereka berdua (pendiri Arema) telah memahami bagaimana urgensitas sepak bola di Indonesia. Olahraga yang "identik" dengan kekerasan, nyatanya mempunyai citra baik yang kerap terabaikan. Ya, sepak bola mampu menyatukan masyarakat.
Berbagai kalangan, bagaimanaapun kondisinya, sepak bola diyakini sebagai alat pemersatu.