4. Etika Batuk Mencegah Menularkan Kuman/Bakteri/Virus Kepada yang Sehat
Masker bedah saat ini jadi barang langka. Panic buying membuat masyarakat banyak yang memborong masker bedah meski tidak sakit ataupun berprofesi sebagai tenaga kesehatan.
Sama seperti kebiasaan cuci tangan ini juga terjadi pada etika batuk. Masyarakat mulai sadar bahwa etika batuk merupakan salah-satu prevensi pencegahan penyebaran covid-19.
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, yang dimaksud etika batuk atau bersin adalah tata cara batuk atau bersin yang baik dan benar.Â
- Tutup hidung dan mulut Anda menggunakan tisu atau sapu tangan saat batuk atau bersin. Droplet atau cairan dari batuk dan bersin tidak akan menyebar ke udara bebas atau ke orang di dekat Anda. Jika tak ada tisu atau sapu tangan maka tutup batuk dan bersin dengan lengan dalam baju (dekat ketiak). Jangan menutup dengan jari-jari tangan, apalagi jika tak segera cuci tangan dengan sabun.Â
- Buang tisu yang sudah terpakai untuk batuk atau bersin sebaiknya segera dibuang ke tempat sampah. Sedangkan sapu tangan sebaiknya dicuci bersih.
- Setelah itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, Anda bisa menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol paling tidak 70 persen.Â
- Sebenarnya penggunaan masker jadi opsi pertama saat Anda mengalami batuk dan bersin. Saat masker langka, masker kain atau masker reusable dengan filter udara bisa jadi pilihan. Jika masyarakat yang kesulitan memperoleh masker bedah bisa menggunakan masker kain. Masker harus menutupi hidung dan mulut. Kalau bisa sampai bawah dagu dan bagian atas masker ditekan mengikuti bentuk hidung. Saat melepas masker, tangan hanya memegang bagian tali. Setelah melepas masker, tetap cuci tangan.Â
5. Ajakan Untuk Manusia Saling Membantu
Bencana menyatukan KITA, bencana menunjukkan bahwa manusia merupakan mahluk sosial. Kita dapat melihat langsung manusia-manusia berhati mulia terlihat dan muncul.Â
Bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama. Sementara ancaman pandemi, bagaimana pun telah menyatukan seluruh umat manusia melawan ancaman nyata. Manusia saling membantu tanpa perlu melihat suku, ras, atau kepercayaan.Â
Sebetulnya ada dampak positif lain, tetapi apakah pasca pendemi ini akan tetap ada? Kesehatan mental yang buruk hingga polusi dan manusia seperti terkotak-kotak seakan menjadi bukti bahwa masyarakat terlalu sibuk bekerja, konsumsi berlebihan, dan terlalu individulisme maupun kelompok sendiri. Ketika sosial distancing sedang dilaksanakan di seluruh dunia, kualitas udara pun menjadi membaik.Â
-----
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com