Mohon tunggu...
sekar A
sekar A Mohon Tunggu... Penulis - pemimpi

Active

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi yang Terkandung Dalam Sate

7 Januari 2021   08:23 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:25 2402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Sumber : id.wikipedia.org)

Semua orang tentu pernah makan yang namanya sate. Daging yang ditusuk menggunakan bambu dan dibakar diatas bara api merah. Untuk penyajiannya sate diguyur bumbu kacang serta diberi tambahan acar. Nikmat dan menggoda.

Di sini saya tidak akan membahas cara membuat sate ataupun merekomendasikan tempat sate yang enak. Di sini, saya akan membahas ada hal menarik yang perlu dipelajari dalam seporsi sate. Bagaimana filosofi sate bisa mengajarkan kita pada kehidupan ini. 

Ketika malam itu, saya membeli sate dipinggir jalan. Lalu, apa yang saya dapatkan? Tentu ada acar, daging yang sudah matang, bumbu kacang, kertas nasi pembungkus, plastik, bahkan sambal. Jangan khawatir kalau kamu membeli sate tetapi tidak diberikan bumbu kacang atau acar. Pastilah penjual memberikan itu semua.

Hidup juga seperti itu, kalau kita beli akhirat apa yang di dunia ini akan diberi. Tidak perlu dikejar. Ibarat membeli sate di pinggir jalan, kamu akan mendapatkan acar, sambal, plastik, bumbu kacang, kertas pembungkus. Padahal kamu hanya membeli sate. Coba kamu pergi ke toko membeli tusuk sate. Boro-boro dapat daging. Acarnya saja tidak. Ibarat tusuk sate adalah duniawi dan pedangan sate adalah akhirat, mana yang kamu pilih?

Disini saya bukan bermaksud mengajak kamu untuk meninggalkan dunia. Sekarang. Jangan kejar duniawi, kejarlah akhirat, namun ingat, cukupi kebutuhan duniawimu sbg penunjang fasilitasmu untuk mengejar akhirat. Contohnya uang. Carilah uang dengan cara yang halal. Maka dari itu, uang akan membeli semua kebutuhanmu untuk menciptakan energi. Dengan adanya energi tubuh menjadi fit dan bertenaga untuk beribadah. Orang yang mengidentifikasikan dengan kekayaan materi seringkali mengatakan uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.

Mengejar uang itu tidak salah. Yang salah adalah mengejar gengsinya kekuasaannya, dan efek yang diterima setelah mendapatkan uang. Sebenarnya perasaan bahagia yang ditimbulkan dari penggunaan uang itulah yang ingin dikejar. Kita malah menganggap bahwa uang itulah yang harus dikejar, padahal efek dari penggunaan uang itulah yang kita inginkan. Seperti, pergi berlibur, mendapatkan barang branded, dan membeli apa yang kita inginkan.

Demikian filosofi sate versi saya. Sekian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun