Saya melihat kedua tempat tersebut merepresentasikan dua sisi kemanusiaan yakni kepedulian terhadap makhluk hidup yang "tak bersuara" dan perhatian terhadap manusia yang hidup dengan keterbatasan.Â
Cerita pertama! Saya bukanlah pemelihara kucing, tapi dalam tiga bulan terakhir "terpaksa" memelihara kucing yang sering datang ke rumah saya. Bahkan, saya menyaksikan proses induk kucing melahirkan ketiga anaknya yang lucu-lucu. Dan itu momen pertama kalinya.
Sejak saat itu, muncul rasa sayang secara perlahan-lahan. Sebuah rasa yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya.Â
Cerita kedua! Satu tempat lainnya yakni Wisma Tuna Ganda adalah yayasan yang mengasuh para disabilitas ganda (memiliki lebih dari satu kondisi disabilitas).
Bisa saya simpulkan, pemilihan tempat dalam donasi KOMiK ini memberi impresi bahwasanya dalam dunia yang sering kali sibuk dengan urusan pribadi, kegiatan ini mengingatkan kita bahwa empati bisa dimulai dari hal yang sederhana.
Menulis sebagai aksi sosial
Memang tidak semua kegiatan KOMiK saya ikuti, apalagi kegiatan offline seperti nonton bareng dan atau menghadiri gala premiere sebuah film. Alasannya sederhana karena terkendala jarak dan waktu.
Tapi, ketika waktu luang saya cocok dengan kegiatan KOMiK, saya berusaha untuk meramaikan. Toh, syarat yang ditentukan oleh KOMiK tidaklah sulit. Sesederhana cukup menulis artikel minimal 300 kata dengan tema bebas.Â
Walau begitu, proses menulis tetaplah tidak mudah. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya saya membuka draft poin-poin penting ketika saya berkunjung ke Lembaga Sensor Film. Hingga akhirnya jadilah artikel berikut ini:
Memahami Perbedaan Informasi, Ekspresi, dan Eksploitasi
Bagi saya pribadi, ini bukan hanya tentang film atau donasi. Ini tentang bagaimana kita, sebagai penulis dan pembaca, bisa menjadi bagian dari perubahan-satu kata, satu artikel, satu aksi kecil yang bermakna.