Sesuai janji saya di postingan sebelumnya, saya mengatakan bahwa awal tahun ini akan saya gunakan untuk menulis hal-hal unik yang saya rasa dan temukan selama menulis di Kompasiana.
Tulisan ini adalah edisi ketiga. Edisi pertama mengulas tentang K-Rewards dan edisi kedua mengulas Infinite program.
Dan pada edisi ketiga ini, saya akan mengulas lebih ke fitur menulis yang disediakan Kompasiana. Let's Go!
Peraih Kompasianer of The Year berinisial AH pernah japri saya untuk menggiatkan kembali menulis di Kompasiana. Saat itu saya membalasnya dengan pengalaman saya yang kurang nyaman ketika menulis di Kompasiana.
Saat awal-awal menulis di Kompasiana, saya pernah merasakan tulisan yang tiba-tiba hilang padahal sudah selesai self-editing. Dan itu adalah pengalaman yang paling nggak enak ketika menulis. Bukan cuma harus mengulang lagi dari awal, tapi juga melakukan formatting tulisannya.
Saya duga masalah ini terjadi dikarenakan error system terutama dari sisi dashboard editor-nya.
But, persoalan fitur editor yang kurang nyaman memang bukanlah alasan utama kenapa saya nggak aktif menulis di Kompasiana. Lebih karena saya memiliki dua blog pribadi yang saya kelola mandiri, membuat saya sulit membagi waktu dan melakukan manajemen konten.
Saya sudah membagi blog rajalubis.com untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal walau sebagian besar diisi oleh tema keuangan dan teknologi. Sementara rajasinema.com sudah dikhususkan untuk film dan hiburan.
Lantas saya harus menulis apa di Kompasiana?
Beberapa waktu setelah dijapri oleh AH, saya mulai tertarik kembali membuka Kompasiana. Dan saya merasakan dashboard editor yang sudah lebih nyaman. Agak sulit menjabarkan detailnya karena rentang waktunya hingga beberapa tahun. Intinya, saya merasa lebih enak saja ketika menulis di dashboard editor Kompasiana..
