Mohon tunggu...
raisa erythrina
raisa erythrina Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga angkatan 2019

full timer daydreamer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketidaksetaraan pada Perempuan yang Digambarkan dalam Trump's America

1 Juli 2022   14:23 Diperbarui: 1 Juli 2022   14:23 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara yang memiliki klaim kuat akan liberalisme, Amerika Serikat, identik dengan simbol kebebasan dari patung Liberty-nya. Sekitar 28,5% luas permukaan bumi merupakan benua Amerika yang membuktikan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang luas sehingga memiliki jumlah penduduk yang besar. 

Amerika memiliki jumlah imigran yang cukup banyak sehingga terdapat banyak macam suku dan ras yang tinggal menetap di Amerika Serikat. Teori Melting Pot dan Salad Bowl terbentuk bukan tidak berdasarkan alasan, namun karena banyaknya jumlah orang asing di Amerika sehingga mereka telah hidup berdampingan dan menyatu dengan penduduk lokal. 

Dengan jangkauan yang luas, warga Amerika telah beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan budaya, ideologi, pandangan, serta karakteristik yang ada pada tiap individu. 

Namun, pada kenyataannya, kebebasan tersebut tidak berlaku sama terhadap masyarakat, melainkan hanya kepada jenis kelamin tertentu. Bertentangan dengan paham liberalisme yang menganut persamaan berdasar pada kebebasan, pada periode Donald Trump, ia melakukan yang sebaliknya. 

Penerapan kesetaraan gender hanyalah semu belaka, perempuan mendapatkan perlakuan diskriminasi akan hak dan kesempatan mereka seperti pelecehan seksual hingga sikap anti-aborsi. 

Sikap tersebut semakin memperjelas batasan kekuasaan pada gender tertentu, yaitu laki-laki berperan sebagai penguasa dominant dan perempuan sebagai submissive yang harus bersikap tunduk. 

Menarik benang masa lalu, pada saat Amerika menyatakan kemerdekaannya dari Inggris pada 4 Juli 19776, salah satu klausa dalam deklarasi kemerdekaan berbunyi "all men are created equal" memperlihatkan genderisasi yang kental di tubuh bangsa Amerika Serikat. 

Bentuk diskriminasi terhadap perempuan di Amerika Serikat mengalami perubahan pasca kejadian tahun 1920 ketika wanita mendapatkan hak pilihnya. Amerika Serikat terhitung telah merdeka selama 244 tahun saat masa kepresidenan Donald Trump selama 5 tahun, yaitu pada 20 Januari 2017 -- 20 Januari 2021, dan telah menjadi salah satu negara adidaya. Namun, seperti mengulang kembali sejarah, perempuan dibatasi dan diberikan perlakuan berbeda dari jenis kelamin lainnya. Nyatanya, negara yang mengklaim dirinya sebagai negara paling liberal tersebut masih menerapkan diskriminasi serta patriarki terhadap perempuan. Jenis kelamin menentukan status kedudukan individu. Selama periode Donald Trump, perempuan cenderung menjadi objek dan diperlakukan tidak setara.

Amerika menjadi negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak di dunia. Dengan jumlah penduduk yang dimiliki sekarang, bukan sesuatu yang asing bagi penduduk Amerika yang mengalami tidak kesetaraan perilaku sosial. 

Sejak masa kemerdekaannya pada tahun 1776, rakyat Amerika telah bersama-sama memperjuangkan hak asasinya untuk dapat diterima dan diperlakukan secara adil oleh publik, terutama para perempuan. 

Dalam deklarasinya yang bertakjub The Declaraction of Independece, disebutkan bahwa peran perempuan dan laki-laki adalah sama dan setara, yang mana berarti keduanya berhak untuk mendapatkan perilaku yang adil dan baik oleh publik di Amerika. Perempuan, khususnya tokoh-tokoh seperti Elizabeth Cady yang kemudian menjadi tokoh feminis yang berjuang untuk menyetarakan derajat laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki sebagai kepala keluarga dan perempuan berhak untuk ikut campur sebagai pendamping dari seorang kepala keluarga itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun