Mohon tunggu...
Raihan Alif Dyar
Raihan Alif Dyar Mohon Tunggu... Supir - Mahasiswa

Hanya seseorang yang coba melewati hari ke hari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Organisasi dalam Starbucks

25 Juli 2021   22:22 Diperbarui: 25 Juli 2021   23:01 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kedai Starbucks (Sumber : Summarecon Mall Bekasi

Kinerja pegawai atau pengikut dalam sebuah perusahaan dapat tercipta akibat bagaimana sang pemimpin menunjukkan seperti apa dirinya kepada pengikutnya, bisa memberikan efek positif atau negatif. Tentu saja, agar para pengikut dapat bekerja dengan maksimal, efisien, dan setia, pemimpin harus berperilaku baik saling membantu, memberikan arahan, serta memberikan kepercayaan kepada para pengikutnya untuk mendapatkan hasil terbaik.

Hal tersebut merupakan sedikit definisi dari Servant Leader, yang pada dasarnya adalah pemimpin yang lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Perusahaan yang mengadopsi gaya kepemimpinan seperti ini, merupakan tempat yang kita kenal dan sering temui, memiliki logo yang menampilkan seorang putri duyung dan tentu saja nama perusahaan tersebut dan mereka membuat minuman serta makanan-makanan ringan. Gambaran tersebut merupakan perusahaan Starbucks, mantan presiden Starbucks yaitu Howard Benar yang juga merupakan seorang Servant Leader, mengembangkan budaya yang dimana memastikan bahwa pemimpin, manager, dan supervisor harus memberikan dukungan kepada setiap pegawai agar mereka dapat berkembang. Starbucks percaya dengan memberikan kepedulian kepada pegawai, akan menjaga moral mereka dan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, kebudayan pendekatan kepemimpinan didalam Starbucks merupakan Employee-First dan budaya ini tetap dijalankan oleh presiden Starbucks yang menjabat sampai sekarang yaitu Kevin Johnson.

Pelayanan pegawai Starbucks (Sumber : Alibaba Group)
Pelayanan pegawai Starbucks (Sumber : Alibaba Group)

Berdasarkan materi dari buku "The Leadership Experience" yang dirangkum oleh Richard L. Daft, Starbucks menggunakan salah satu dimensi dari "Big Five Dimension" yaitu Openness to experience. Dahulu, pegawai-pegawai di Starbucks masih memiliki budaya atau kebiasaan takut untuk berbicara kepada supervisornya. Untuk meningkatkan usaha ini, presiden saat itu, Howard Benar mengenalkan forum terbuka kepada pegawai yang mendorong mereka untuk bertanya dan berkomunikasi dengan supervisor mereka. Karena perubahan budaya ini, Starbucks berhasil memperkuat pegawainya, memberikan mereka fasilitas untuk mengembangkan inovasi produk-produk, dan penyedian pelayanan yang baru atau inovatif untuk para pelanggan. Berdasarkan hal tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa Starbucks sangat menjunjung Instrumental Values yang tinggi karena mereka percaya atas kepedulian yang diberikan kepada pegawai dan masukan jujur yang didapatkan dari para pegawainya akan membuat Starbucks untuk mencapai goals yang dituju.

Berdasarkan hal sebelumnya, Starbucks memberikan motivasi kepada para pegawainya dengan Love-based Motivation. Mereka sangat mempedulikan para pegawainya dan memberikan mereka kebebasan, hal tersebut secara langsung akan memberikan rasa untuk memberikan segala kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan mereka dan melakukannya rasa serta perilaku yang baik, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kepuasan pelanggan yang mengunjungi kedai-kedai Starbucks.

Budaya organisasi yang dimiliki Starbucks, juga mendorong para pegawainya menjadi seseorang dengan Critical Thinking dan gaya Effective Follower. Pegawai akan berfikir untuk mengembangkan ide-ide yang dimana dapat menghasilkan produk-produk terbaru yang sesuai dengan tren atau situasi tertentu yang jelas dapat menarik para pelanggan untuk mencoba produk tersebut, serta mereka juga akan aktif dalam organisasi ini dalam menghadapi masalah-masalah yang ada dan dapat membantu atau bahkan memberikan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun