Mohon tunggu...
Raihan Alif Dyar
Raihan Alif Dyar Mohon Tunggu... Supir - Mahasiswa

Hanya seseorang yang coba melewati hari ke hari

Selanjutnya

Tutup

Balap

Team Leader pada Management Driver di Tim F1 Red Bull, Berperasaan atau Tidak?

7 Juli 2021   21:15 Diperbarui: 7 Juli 2021   21:26 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam memimpin sebuah tim, tentu saja diperlukan perasaan dalam pemimpin tim tersebut. Perasaan dapat membantu membuat keputusan yang tepat untuk tim dalam sisi keuntungan dan kemajuan tim. Namun, bagaimana jika perasaan tersebut hilang atau memberikan efek buruk kepada seseorang dalam tim tersebut?.

Red Bull merupakan tim F1 yang terkenal dengan mengganti/menukar driver mereka pada pertengahan musim balapan F1, bagaimana mereka dapat melakukannya?

Red Bull memiliki dua tim F1, yaitu Red Bull Racing dan Scuderia AlphaTauri (yang sebelumnya bernama Scuderia Toro Rosso). 

Mengapa mereka melakukan pergantian driver pada pertengahan musim?, karena mereka memiliki ambisi untuk mengalahkan Mercedes pada era F1 saat ini (yaitu Hybrid Era) dimana sangat di dominasi oleh mereka sejak era ini dimulai yaitu dari 2014 dan 2020.

Dari berbagai pergantian driver yang dilakukan oleh Red Bull, kita bisa melihat salah satu nya dari tahun 2019. Red Bull memanggil Pierre Gasly untuk mengisi kursi ke-2 di Red Bull Racing setelah ditinggal Daniel Riccardo ke Renault. 

Pada saat test pra-musim, Pierre mengalami kali crash yang memakan biaya berjuta-juta dolar dimana hal tersebut dinilai kurang lazim terutama untuk seorang driver Red Bull. 

Dimulai musim 2019, Pierre tidak menunjukkan hasil yang diinginkan karena dirinya dinilai kehilangan kepercayaan diri setelah crash tersebut, hal tersebut tidak inginkan oleh Dr.Helmut Marko (Kepala Red Bull's Driver Development Program) dan Christian Horner (Principal dari Red Bull Racing), apalagi saat mereka ingin berambisi untuk mengejar Mercedes. 

Oleh karena itu, Pierre Gasly pun di demosi ke tim Scuderia Toro Rosso dan untuk menggantikannya, Red Bull memanggil Alex Albon untuk mengisi kursi tersebut. Alex dinilai memiliki debut yang bagus di F1 bersama Scuderia Toro Rosso, bahkan hasilnya lebih bagus dari Pierre, Alex debut dengan Red Bull Racing di ronde Belgian GP dengan sangat bagus dengan menggapai hasil posisi finish ke-5 sementara Pierre finish di posisi ke-9.

Rasa sakit hati yang di dapatkan oleh Pierre, membuat dirinya ingin membuktikan bahwa Red Bull salah untuk mendemosi dirinya dan dia berhasil, Pierre finish di posisi ke-2 di ronde Brazilian GP sementara Alex finish di posisi ke-14. 

Hasil tersebut membuat Red Bull terlihat tidak sabaran dan tidak memberikan kesempatan kepada Pierre, tetapi Red Bull "tidak bisa" memanggil Pierre ke kursi Red Bull Kembali dan berfikir bahwa Scuderia Toro Rosso merupakan tempat yang tepat untuk dia berkembang. Musim 2019 pun berakhir, Alex menempati posisi ke-8 dan Pierre di posisi ke-7 pada Driver Standings.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun