Mohon tunggu...
Rahul Muqsith
Rahul Muqsith Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

"Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan yang hebat adalah dengan mencintai apa yang kamu lakukan."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duka Tukang Pecel Menjadi Tawa

13 Agustus 2020   16:37 Diperbarui: 13 Agustus 2020   16:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penulis Feature : Rahul Muqsith

NPM : 010513244

Kita tahu manusia selalu menginginkan kehidupan yang layak dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tapi terkadang, tuhan memberikan sesuatu yang berbeda dari apa yang diinginkan. Manusia hanya bisa menerima dan menjalankan tanpa pernah menyalahkan kehendak Tuhan, terkadang hidup itu tidak sesuai dengan harapan kita.

Ya inilah perempuan yang lebih dikenal dengan Nama yang akrab di panggil " Lilis " begitulah sanak saudaranya memanggilnya, mempunyai nama lengkap Lilis Sumiati. Wajahnya selalu tampak gembira, tak pernah terlihat perasaan sedih. Senyum ramah dan wajah riang selalu di perlihatkan kepada semua orang. Tak pernah dia meminta belaskasihan kepada orang lain. Hari-harinya dia jalani dengan penuh semangat.

Sebelum matahari terbit memancarkan keindahan paginya Lilis sudah sibuk menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Sesudah anaknya berangkat kesekolah barulah  Lilis bersiap-siap menggunakan jaket tebalnya yang identik berwarna hitam itu, menyiapkan keranjang belanjaannya, memanaskan sepeda motornya, memakai sepatu bot yang hampir menutupi dengkulnya, dan yang tak pernah lupa adalah kain yang menutupi kepalanya.

Dengan tampang seperti itulah, Lilis bergegas untuk membeli belanjaan dagangannya yang hanya tukang pecal keliling. Belanjaan yang sangat banyak dan bermacam-macam mie sayuran, lauk pauk, serta bumbu-bumbu memenuhi keranjang yang diletakkan di belakang sepeda motornya. Ketika pulang Lilis langsung memasak seluruh bahan yang ada untuk di mempersiapkan di siang hari di gerobak Lilis. Bukan hanya memasak, Lilis juga harus meyiapkan makanan untuk anaknya yang akan pulang sekolah.

Aktifitas seperti itulah yang dilakukan setiap pagi oleh seorang wanita lansia yang sudah di tinggal suaminya yang meninggal karna kecelakan 5 tahun lalu, disini la asal mula Lilis berjualan pecel keliling saat ia di tinggal suaminya sekitar 5 tahun lalu, ia memberanikan diri berjulan dengan bermodal pas pas, Lilis mencoba membuka warung pecel di rumah, karena sudah mulai di kenal banyak orang masakanya, sehingga uang mulai terkumpul sedikit demi sedikit ia memberanikan diri membeli gerobak untuk berjualan pecel  keliling.

Lilis berkelahiran Medan, Sumatera Utara 02 januari 1973 ini sedikit pun tidak pernah mengeluh saat kepergiaan suaminya. Malah ia bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk ketiga anak-anaknya, yang satu masih SMP, satu lagi baru tamat SMA dan satu lagi Lagi kuliah  dan ia tau kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak-anaknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat bagi Lilis untuk memperjuangkan keinginan anak-anaknya. Tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni dan tak perduli berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sekolah anaknya.

Lilis yang berdarah jawa asli sudah tidak asing lagi ulekannya untuk berdagang dan membuka usaha di rumah, turun menurun keluargnya sudah mengulek-mengulek  makanan. Yah, dari situlah keluarga-nya memperoleh sebuah pendapatan untuk tetap bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan. Hal yang membanggakan masakan seorang Ibu itu tiada dua-nya dan tiada tandingannya. Mulai rasa pedasnya, gurihnya, lezatnya serta rasa kasih sayangnya yang tulus dapat dirasakan darinya. Namun keuntungan yang didapatkan tidak menentu, terkadang hanya bisa nombok dari hasil penjualan. Setidaknya makan untuk sehari-hari tidak terbengkalai.

Usaha yang telah Lilis jalanin dari 2015 sampai 2020, telah sedikit banyaknya mengubah kehidupannya. Walaupun di tengah persaingan di jalanan yang berlomba-lomba siapa duluan mencari lapak jualnya. Ia mengaku kalau " ia pernah tidak berjualan karena sakit karena dia tak berjualan, jadi ia harus mengutang untuk makan anak-anaknya itula yang membuat Lilis tidak mau absen berjulan lagi, biarpun sakit-sakitan dia harus tetap berjualan, kalau tidak ia akan merasakan kepediahan melihat anak-anaknya tak makan" ujarnya.

Setiap hari perkejaan yang dilakukan Lilis dengan semangat dan menyembunyikan rasa lelahnya dibalik doa yang selalu ia panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Wanita yang mempunyai tiga anak ini yakin bahwa dipertengahan jalan hidupnya akan menjadi wanita yang sukses, menjadi contoh bagi orang banyak hingga di perjalanan akhirnya dan dapat menyekolahkan anak- anaknya hingga perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun