Mohon tunggu...
RAHMAT GUNAWIJAYA
RAHMAT GUNAWIJAYA Mohon Tunggu... Administrasi - PENULIS Sejarah

Penulis sejarah yang pernah kerja di perbankan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Childfree dan Pilihan Punya Anak Serta Dampaknya bagi Kehidupan

19 Februari 2023   08:59 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:02 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa bulan ini kebetulan saya membaca dan menonton sebuah berita tentang pendapat seorang influencer atau selegram yang punya banyak pengikut yang sudah menikah sejak tahun 2018, atau hampir lima tahun menikah pada tahun 2023 ini yang menyatakan tidak ingin dan tidak akan punya anak atau childfree karena sudah menikmati hidupnya yang sekarang dan kebetulan tinggal dan berkarir diluar negeri bersama sang suami sebut saja namanya Gita Savitri.

Walaupun mungkin itu pendapat pribadi dan bukan hanya yang bersangkutan memiliki pemikiran hidup demikian tapi ada juga beberapa pasangan yang menikah tapi memutuskan tidak punya anak entah terlepas sementara karena ingin mengejar karier, menikmati masa jalan jalan, traveling senang senang atau pendapat yang hanya sementara, Cuma yang punya pemikiran childfree yang merasakannya sendiri.

Tentunya pendapat ini mengundang kontroversi baik dari pengamat sosial, akademisi, LSM perempuan, ustad, ustadzah di berbagai acara talkshow, podcast yang mengundang narasumber dokter dan psikologi.

Tentunya punya anak dan tidak itu pilihan hidup, tapi dari berbagai channel diskusi pencerahan dari beberapa agamawan, sosiolog, psikolog dan beberapa public figure walaupun tidak semua menyalahkan pendapat tersebut  cuma membuat kesimpulan berpikirlah bijak dan jangan memberi pengaruh yang tidak baik.

Karena kalau melihat perkembangan zaman dan data beberapa negara maju seperti Jerman Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura justru kekurangan sumber daya manusia karena penduduk yang semakin menua, dan yang menikah memperlambat atau mengurangi anak yang tentunya berdampak pada populasi di negara tersebut

Bahkan di Negara kaya seperti Qatar, Uni Emirat Arab, Swedia, Jerman dan Finlandia bahkan menyediakan tunjangan intensif bagi yang menikah dan punya anak dari intensif biaya persalinan, perumahan sampai biaya pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Karena diluar konteks sudut agama yang menganggap anak adalah fitrah, dan sarana amal ibadah dari sudut pandang ilmu sosial, tidak  akan ada muncul  suatu   negara tanpa populasi penduduk, karena syarat terbentuknya suatu wilayah mulai dari desa,kota sampai negara adalah penduduk yang banyak dan signifikan

Wilayah yang memiliki populasi penduduk yang sedikit perlahan akan punah karena akan dikuasai dan diduduki    oleh pihak luar yang memiliki populasi yang lebih banyak dan kuat

Selain itu dari sudut ilmu ekonomi adanya penggerak perekonomian adalah adanya sumber daya manusia yang produktif dan adanya belanja penduduk yang terus menerus dan semakin banyak yang menjadi penggerak pasar dan perekonomian karena tanpa adanya permintaan konsumsi atau konsumsi yang terus menurun akan menyebabkan   perekonomian akan lesu dan mati.

Sesungguhnya punya anak adalah fitrah dan amanah besar karena punya anak disertai  tanggung jawab dan  juga pemberi kebahagiaan karena anak adalah harta yang tak bernilai, untuk apa kita kerja mengumpulkan harta jika kita tak punya pewaris, karena harta tidak akan   dibawa mati dan ilmu pengetahuan harus diteruskan karena ilmu pengetahuan   akan mati dan punah peradabannya jika tidak ada generasi penerus yang merupakan anak anak kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun