Mohon tunggu...
Rahmad Aden Sadewo
Rahmad Aden Sadewo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prodi Psikologi

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prodi Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Pendidikan Karakter dalam Pandangan Psikologi

7 Desember 2022   21:00 Diperbarui: 7 Desember 2022   21:10 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan karakter adalah usaha manusia dalam mendidik dengan tujuan untuk membangun bagi generasi selanjutnya agar terbentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. 

Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sumberdaya manusia agar menjadi sumberdaya yang unggul, hal ini disampaikan oleh presiden Republik Indonesia dalam arahannya terkait strategi dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul. 

Pendidikan karakter sejatinya harus dapat menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Tentu prosesnya tidak akan mudah jika tidak dilakukan dengan konsisten maka dari itu maka perlu pendidikan karakter diajarkan kemudian dibiasakan dan dilatih secara terus menerus hingga menjadi karakter bagi peserta didik. 

Hal ini senada dengan salah satu teori yang ada dalam psikologi perkembangan yang mana teori ini dikemukakan oleh Jean Piagget (psikolog Jerman) di mana menurutnya perkembangan kognitif (berfikir) manusia tidak hanya pada menambah pengetahuan tapi pendidikan harus bisa mengembangkan dan membangun mental anak menjadi lebih baik dan lebih matang, tidak salah jika pendidikan karakter menjadi salah satu strategi yang di usung oleh pemerintah dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.

Pendidikan karakter jika dilihat dari berbagai penjelasan di atas seharusnya dapat menjadi tombak dalam membangun mental peserta didik agar memiliki karakter yang unggul, tetapi dalam setiap sistem tentu terdapat rintangan dan tantangan, sebagai contoh dengan adanya pendidikan karakter pun banyak sekali terjadi kasus-kasus yang seharusnya tidak muncul beberapa di antaranya adalah kenakalan remaja dan bullying. 

Dalam pendidikan karakter kenakalan remaja dan bullying seharusnya tidak terjadi karena ketika peserta didik memiliki mental dan karakter yang baik maka tujuan untuk menjadi sumberdaya unggul akan mudah tercapai, sedangkan hal-hal seperti kenalan remaja dan bullying merupakan hal yang bertolak belakang dengan tujuan pendidikan karakter. 

Menurut data terbaru terkait narkoba rata-rata penggunanya merupakan remaja berusia 15 tahun, kemudian kasus tawuran yang hampir 200 kasus disebabkan oleh pelajar/mahasiswa, dan kasus bullying yang menurut data kpai melonjak sekitar 50 kasus per tahun. Hal ini kemudian menimbulkan tanda tanya apakah pendidikan karakter di Indonesia sudah efektif.

Maka dari itu, perlu upaya penyelesaian yang serius untuk menangani masalah tersebut. Ada berbagai cara untuk membentuk karakter yang baik pada siswa. Dikutip dari berbagai artikel, salah satunya adalah memberikan apresiasi atau penghargaan bila siswa berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. 

Sebaliknya, bila siswa menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma-norma tersebut, maka akan diberikan hukuman. Hal ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Skinner, seorang psikolog asal Pennsylvania, Amerika Serikat. 

Dengan teorinya yang bernama Reinforcement, ia memandang perilaku seseorang sangat ditentukan oleh faktor eksternal atau dari luar diri manusia. Reinforcement akan memperkuat respon sehingga perilaku yang menyenangkan akan cenderung diulang. Tidak hanya dari Skinner, Albert Bandura juga mengemukakan teori yang mirip yaitu teori Social Learning. Teori ini mengajarkan bahwa seseorang cenderung akan meniru perilaku orang lain atau nama lainnya adalah proses imitasi.

Berangkat dari kedua teori tersebut, guru semestinya harus mampu memberi contoh yang baik kepada siswanya. Setidaknya ada 3 unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu guru sebagai Pengajar, Pendidik dan Pemimpin (3P). Sebagai Pengajar, guru harus memberikan ilmunya kepada siswa. Kedua, sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral yang baik dalam dirinya sendiri yang patut dicontoh oleh siswa. Terakhir, sebagai pemimpin, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif dan dapat berkomunikasi dengan orang tua sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun