Mohon tunggu...
Rahmawati Atjo
Rahmawati Atjo Mohon Tunggu... Lainnya - Menulislah, Karena Kau Bukan Anak Raja

Komunitas Aktif Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lemahnya Ikatan Kesukuan, Laksana Sarang Laba-Laba

23 September 2020   23:36 Diperbarui: 23 September 2020   23:46 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum lama ini terjadi demontrasi di daerah pasar baru kota kendari. Dilakukan oleh sekelompok orang dengan alasan penghinaan terhadap suku mereka. Ini berawal dari celotehan di sosial media yang akhirnya berimbas pada ketersinggungan suku tertentu.

Walau akhirnya Direktur Ditreskrimsus Polda Sultra Kombes Pol Heri Tri Maryadi menyampaikan bahwa pelaku pehinaan suku ini telah ditangkap dan ditahan di Polda Sultra (kendaripos, 22 september 2020).

Beberapa kasus yang menyangkut sentimen antar suku kadang masih saja kita jumpai di masyarakat. Ini bisa memberikan gambaran  bahwa kondisi masyarakat kita sangat mudah diprovokatori dengan isu kesukuan.

Naluri manusia salah satu diantaranya adalah nalusi mempertahankan diri. Elaborasi dari nalusi ini ialah keinginan untuk berkelompok atau berkoloni. Dengan berkelompok maka ikatan akan mudah terbentuk.

Semua tergantung dari sel pembentuknya, bisa berupa ikatan emosial, ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan ikatan nasionalis. Semua ikatan ini memiliki karakteristik berbeda, walau untuk membangkitkan ikatan ini, sifatnya sama.

Contoh kejadian demostrasi di atas, turun ke jalan karena adanya pemantik yang memunculkan amarah suku tertentu, sehingga serentak memunculkan rasa yang sama untuk segera diluapkan. Sebaliknya, bila pemicu hilang, maka ikatan pun lenyap. Jadi intinya sifatnya temporal.

Bila ikatan-ikatan diatas diharapkan mampu membangkitkan, ibaratnya seperti jauh panggang dari api, jauh harapan dengan kenyataaan. 

Dengan sifat ikatan yang rusak, dihimpun dari pemikiran sempit dan rendah, juga temporal, maka bak sarang laba-laba, ikatan-ikatan ini sangat lemah. Kadang untuk menghidupkannya kembali, kadang masyarakat harus menjadi korban agar ikatan-ikatan tersebut tetap eksis.

Sama halnya untuk nasionalisme, cara membangkitkannya dengan melaksanakan lomba antar bangsa, sehingga sekat antar bangsa senantiasa terpelihara.

Ikatan yang benar

Islam telah datang dengan seperangkat aturan lengkap dan pilar ikatan yang kuat dan benar. Islam membangun ikatan aqidah sebagai ikatan yang membangkitkan pemeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun