Pada artikel kali ini, saya ingin menceritakan tentang masa tua kakek dan nenek saya, Apa dan Ema. Setelah menulis tentang perjalanan haji pertama mereka pada artikel sebelumnya, saya jadi terkenang lagi dengan mereka.
Pada saat saya lahir, Apa sudah memasuki usia pensiun. Sebelumnya, Apa bekerja di sebuah perusahaan swasta lokal di daerah tempat tinggal kami.
Selagi bekerja di perusahaan orang, Apa mempunyai usaha sendiri juga. Sehingga, setelah pensiun dari tempatnya bekerja, Apa fokus mengurus usahanya sendiri.
Jadi seingat saya, Apa adalah kakek yang tetap bekerja di masa tuanya, bahkan sampai akhir usianya. Walaupun begitu, Apa menyukai kegiatannya itu.
Apa tidak pernah terlihat stres, marah-marah, atau mengeluh tentang usahanya. Apa menikmati usia tuanya dengan baik.
Saya ingat, Apa banyak menghabiskan waktu di meja kerjanya. Meja kerjanya ada di dalam kamar tidurnya dan terletak di dekat pintu yang selalu terbuka, sehingga saya bisa melihat kegiatan Apa maupun Ema.
Kegiatan Apa di meja kerjanya adalah membaca Al-Quran dan juga menghitung uang dengan kalkulator. Sedangkan di dekatnya ada Ema yang sedang shalat sunnah, mengaji atau berdzikir.
Melihat itu membuat saya paham kalau dalam hidup ini urusan dunia dan akhirat harus seimbang. Hal itu juga menginspirasi saya karena ideal sekali melihat suami mencari nafkah dan istri mendoakan.
Rumah orang tua saya hanya terhalang satu rumah dari rumah mereka, sehingga saya sering berkunjung ke rumah Apa dan Ema dan mengetahui kegiatan mereka sehari-hari.
Saya tidak pernah melihat mereka bertengkar atau saling membicarakan keburukan masing-masing. Mereka adalah sepasang kakek dan nenek yang harmonis dan sejahtera.