Mohon tunggu...
Rahma Fajr Mawidha
Rahma Fajr Mawidha Mohon Tunggu... Jurnalis - Long Life Moeslim Learner

saya berada disini untuk mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru sebagai Pengolah Pikir dan Dzikir melalui Transferisasi Ilmu dan Adab

4 April 2020   19:49 Diperbarui: 4 April 2020   19:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesekian kali saya mebahas perihal Guru ditengah fenomena yang ada hari ini. Sekarang kita lihat dari esensi yang sesungguhnya bahwa sebenarnya guru sangat berkontibusi dalam memunculkan atau membentuk jati diri seorang siswanya.

Guru yang baik itu mendidik dengan sepenuh hati,  tidak hanya menransfer tentang ilmunya saja.jika pendidikan hanya diukur dari situ media sosial dari pada google dan lainya akan lebih cerdas,cepat dan mutakhir pada era hari ini. Namun pendidikan yang sesungguhnya adalah menransfer adab membangun karakter dan menghidupkan jiwa seorang peserta didik.

Guru juga menjadi seorang tonggak utama dari pada ilmu, sudah sewajarnya guru menjadi pengolah fikir para muridnya tanpa menghilangkan esensi yang sesungguhnya. Yakni mengolah dzikirnya untuk menghidupkan jiwa ruhnya yang sesungguhnya. Dengan cara apa dengan cara memberikan dan membiasakan adab yang baik. Membentuk karakter berdasar intelektual, emosional, dan spiritual. Mungin mayoritas masyarakat menganggap jika pengolah dzikir hanya bisa dilakukan di pondok pesantren itu memang benar, tapi itu juga menjadi kewajiban bagi guru.

Sudah sangat urgen di era ini dimana olah hati dan dzikir harus ditekankan kepada para generasi muda. Dikemas dengan konten menarik misalnya agar menjadi daya tarik untuk genarasi muda intelektual yang beradab, generasi milenial yang bermoral.

Hasil Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet dalam SIARAN PERS NO. 17/PIH/KOMINFO/2/2014 survei menemukan fakta, bahwa: "Menurut data terbaru, setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Hasil studi menemukan bahwa 80 persen responden yang disurvei merupakan pengguna internet, dengan bukti kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera)".

Studi ini merupakan yang pertama diantara penelitian sejenisnya, dengan keunikan data pada golongan anak dan remaja yang belum pernah menggunakan internet. Kesenjangan yang paling jelas terlihat, di daerah perkotaan hanya 13 persen dari anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan, menyumbang jumlah 87 persen.

Dengan demikian peran orang tua dan guru sangat penting dalam membentuk filter anak guna memberi kontribusi positif kepada anak sekurang-kurangnya dengan cara mendoakan dan selalu mengingatkan serta memberikan motivasi dan kajian di sela- sela penyampaian pelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun