Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Catatan di Hari Jamu Nasional: Warisan Budaya yang Terjepit di Pasar Global

27 Mei 2025   19:48 Diperbarui: 27 Mei 2025   19:48 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu asli Indonesia terbuat dari berbagai empon-empon dan rempah. (Foto: SHUTTERSTOCK W1SNU.COM via Kompas.com)

Negara seperti Korea Selatan sukses mengangkat ginseng sebagai produk global dengan merek nasional, sementara jamu Indonesia belum menemukan "diplomat produknya".

2. Potensi Pasar: Besar di Kertas, Minim Realisasi

Data Kementerian Perdagangan (2021) mencatat nilai ekspor jamu hanya US$41,5 juta (Rp560 miliar), atau 0,8% dari pasar global obat herbal yang mencapai Rp1.936,9 triliun.

Padahal, 80% populasi dunia menggunakan obat herbal (WHO, 2023). Pertanyaannya: mengapa jamu kalah bersaing?

Analisis Porter's Diamond Theory (1990) mengungkap kelemahan struktural:

  • Faktor Produksi: Indonesia memiliki 300.000 jenis tanaman herbal, tetapi hanya 5% yang dimanfaatkan secara komersial.
  • Strategi Perusahaan: Mayoritas produsen jamu masih skala UMKM dengan orientasi lokal. Hanya segelintir perusahaan seperti Sido Muncul (Tolak Angin) yang berhasil menembus pasar ekspor.
  • Dukungan Pemerintah: Regulasi sertifikasi organik dan GMP (Good Manufacturing Practice) belum terimplementasi maksimal.

Jurang antara Tradisi dan Modernitas

Studi Jurnal Jamu Indonesia (2024) mengonfirmasi bahwa 70% produk jamu tradisional gagal memenuhi standar keamanan pangan internasional akibat kontaminasi logam berat dan mikroba.

Sementara itu, riset pasar oleh Forrester (2024) menunjukkan bahwa konsumen global mengutamakan sertifikasi organik, bukti klinis, dan eco-friendly packaging--kriteria yang masih menjadi tantangan bagi industri jamu.

Contoh nyata: minuman kunyit-asam (turmeric-tamarind) yang diteliti di Aceh (2024) mendapat respon positif dalam aspek rasa dan warna, tetapi belum ada upaya industrialisasi untuk memenuhi permintaan massal.

Konsep jamu sesungguhnya bisa dipahami sebagai bentuk indigenous knowledge system (Agrawal, 1995) yang mengintegrasikan aspek empiris, spiritual, dan ekologis.

Dalam setiap ramuan jamu terkandung teknik pengetahuan yang diturunkan lintas generasi, berbasis pengalaman dan observasi yang setara dengan riset ilmiah panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun