Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Arem-arem, Mbah Dani dan Langgar Gedek, Romantisme Ramadan Masa Kecil

2 April 2023   01:46 Diperbarui: 2 April 2023   01:51 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Surau. Sumber https://hot.detik.com/

Ramadan paling berkesan adalah saat masa kecil. Masa dimana ilmu agama diajarkan oleh para Kyai Kampung dengan segala kebersahajaan dan kewibawaannya.

Aku banyak mereguk ilmu agama dari kyai di kampungku. Aku dan teman-teman masa kecilku, memanggil sosok kyai  kami dengan nama Mbah Dani. Penggalan dari nama panjang Ardani.

Beliau aku segani. Di mata dan benak masa kecilku, beliau adalah sosok kyai yang welas asih dengan senyum khasnya. Tak banyak ngomong saat melihat "begajulnya"saat  kami ngacak-ngacak "langgar" atau surau miiknya. Tapi akan banyak omong saat mengisi tauziah, kultum dan ceramah  dengan bahasa Jawa medoknya.  Dan tiap bulan Ramadan, aku menghabiskan waktu liburan sekolah di Langgar Al Ikhlas, langgar kecil  sederhana milik Mbah Dani.

Tau khan, era tahun 1980an kalau bulan Ramadan, sekolah libur selama sebulan. Jadi selama bulan Ramadan, diliburkan. Selama  itulah aku habiskan waktu di Langgar Al Ikhlas. Salah satu langgar yang ada di pinggiran Kota Wonogiri, Jawa Tengah.

Langgar Al Ikhlas, Rumah Tuhan Kami

Langgar Al Ikhlas, secara daya tampung, terbilang kecil. Hanya puluhan orang saja. Berdinding  bambu atau gedek.  Ada toa di "kubah" atasnya. Lebih tepatya semacam kubah seeh. Kubah sederhana terbuat dari seng.

Langgar Al Ikhlas, memang kecil namun merupakan  salah satu langgar perintis yang ada di kampungku yang masih minim keberadaan langgar atau masjid.

Meminjam istilah filsuf Jerman, Heidegger tentang pembedaan antara space dan place, Langgar Al Ikhlas memberikan "Place" kecil namun memberikan "space" yang luas.

Dalam arti begini, luasnya space Langgar Al Ikhlas, karena begitu kaya dengan kajian agama baik secara ilmu maupun empiris. Di langgar dengan place kecil ini, ilmu-ilmu agama diajarkan dengan kebersahajaan dan menjadi magnet bagi banyak orang untuk menimba ilmu agama lebih banyak.  Langgar ini banyak didatangin orang, bahkan dari luar kampung. Sesuatu hal yang luar biasa pada jaman dimana modernisasi transportasi dan komunikasi sangat belum memadai.

Nah aku akan ceritakan khusus soal ibadah puasa yang aku jalankan pada masa kecil itu. Puasa yang prosentase besar kuhabiskan waktu bersama di Langgar Al Ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun