Mohon tunggu...
Rafsan
Rafsan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa UPN "VETERAN" Jakarta dengan Program Studi Sains Informasi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Dampak Sosial dari Privasi Data dalam Sistem Informasi : Analaisis Multidisipliner

23 Juni 2025   23:10 Diperbarui: 23 Juni 2025   23:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Dampak Sosial dari Privasi Data dalam Sistem Informasi:
Analisis Multidisipliner

Pendahuluan

Di era digital, privasi data telah menjadi isu sosial yang krusial dalam disiplin ilmu Sistem Informasi (SI). Dengan maraknya platform digital, data pribadi terus-menerus dikumpulkan, diproses, dan dibagikan, memunculkan kekhawatiran tentang otonomi individu, kepercayaan, dan keamanan. Artikel ini membahas konsep dan implikasi privasi data sebagai isu sosial, menganalisisnya melalui teori Sistem Informasi dan teori Sosiologi, serta memberikan rekomendasi untuk mengatasi tantangan ini.

Isu Sosial: Privasi Data dalam Sistem Informasi
Privasi data merujuk pada hak individu untuk mengendalikan informasi pribadi mereka, termasuk bagaimana data tersebut dikumpulkan, digunakan, dan dibagikan. Dalam konteks Sistem Informasi, isu ini relevan karena sistem seperti basis data, aplikasi, dan platform daring bergantung pada pengumpulan data untuk berfungsi. Namun, pelanggaran privasi data seperti kebocoran data, penyalahgunaan oleh perusahaan, atau peretasan telah menjadi masalah global. Contohnya, kasus kebocoran data Cambridge Analytica pada 2018 menunjukkan bagaimana data pribadi dari jutaan pengguna media sosial disalahgunakan untuk memengaruhi opini publik, menciptakan ketidakpercayaan terhadap platform digital.
Isu ini penting karena memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap teknologi, meningkatkan risiko penyalahgunaan data, dan memunculkan pertanyaan etis tentang tanggung jawab penyedia layanan digital. Dalam disiplin Sistem Informasi, privasi data terkait dengan desain sistem yang aman, kebijakan pengelolaan data, dan kepatuhan terhadap regulasi seperti GDPR (General Data Protection Regulation).

Analisis dengan Teori Sistem Informasi
Dari perspektif Sistem Informasi, privasi data dapat dianalisis menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). TAM menjelaskan bahwa penerimaan teknologi oleh pengguna dipengaruhi oleh dua faktor utama: perceived usefulness(manfaat yang dirasakan) dan perceived ease of use (kemudahan penggunaan) (Davis, 1989). Namun, dalam konteks privasi data, faktor tambahan seperti perceived risk (risiko yang dirasakan) menjadi relevan. Pengguna cenderung enggan menggunakan sistem informasi jika mereka merasa data pribadi mereka tidak aman. Misalnya, jika sebuah platform e-commerce memiliki riwayat kebocoran data, pengguna mungkin menghindari platform tersebut meskipun menawarkan kemudahan penggunaan (Venkatesh & Bala, 2008). Penelitian oleh Xu et al. (2011) menunjukkan bahwa kekhawatiran privasi secara signifikan memengaruhi niat pengguna untuk mengadopsi teknologi, menyoroti pentingnya kepercayaan dalam desain sistem.
Selain itu, teori Information Privacy Concern dalam Sistem Informasi menekankan bahwa kekhawatiran privasi muncul dari tiga dimensi: pengumpulan data, kontrol pengguna, dan kesadaran akan praktik privasi (Smith et al., 1996). Untuk mengatasi isu ini, sistem informasi harus dirancang dengan prinsip privacy by design, seperti enkripsi data, autentikasi dua faktor, dan transparansi dalam kebijakan penggunaan data. Pendekatan ini memastikan bahwa sistem tidak hanya efisien tetapi juga melindungi hak privasi pengguna (Cavoukian, 2009). Menurut Dinev dan Hart (2006), memberikan kontrol yang lebih besar kepada pengguna atas data mereka dapat mengurangi kekhawatiran privasi dan meningkatkan kepercayaan terhadap sistem informasi.

Analisis dengan Teori Sosiologi
Dari perspektif Sosiologi, isu privasi data dapat dianalisis menggunakan teori Panoptikon dari Michel Foucault. Teori ini menggambarkan bagaimana masyarakat modern berada dalam pengawasan konstan, serupa dengan penjara Panoptikon di mana tahanan merasa diawasi meskipun tidak selalu ada pengawas (Foucault, 1977). Dalam konteks digital, platform seperti media sosial dan mesin pencari bertindak sebagai "pengawas" yang terus memantau perilaku pengguna melalui pelacakan data. Hal ini menciptakan surveillance society, di mana individu kehilangan otonomi karena data mereka digunakan untuk memengaruhi keputusan, seperti iklan yang dipersonalisasi atau manipulasi perilaku (Lyon, 2001). Penelitian oleh Zuboff (2019) memperkenalkan konsep surveillance capitalism, yang menjelaskan bagaimana perusahaan teknologi memonetisasi data pengguna, memperkuat ketimpangan kuasa dalam masyarakat digital.
Teori Panoptikon juga menyoroti ketimpangan kuasa antara pengguna dan penyedia layanan digital. Perusahaan teknologi memiliki akses ke data pengguna dalam jumlah besar, sementara pengguna sering kali tidak memiliki kontrol penuh atas data mereka. Hal ini menciptakan hubungan sosial yang tidak seimbang, di mana individu merasa terpaksa menyerahkan data pribadi untuk mengakses layanan (Andrejevic, 2014). Sosiologi menekankan pentingnya kesadaran kolektif dan advokasi untuk regulasi yang melindungi privasi, seperti kampanye sosial untuk mendesak transparansi dari perusahaan teknologi. Menurut Giddens (1991), kesadaran akan struktur pengawasan dapat mendorong perubahan sosial melalui gerakan masyarakat sipil yang menuntut akuntabilitas.

Rekomendasi dan Solusi
Untuk mengatasi isu privasi data, pendekatan multidisipliner diperlukan:
1. Dari Sistem Informasi: Pengembang sistem harus mengadopsi *privacy by design*, seperti meminimalkan pengumpulan data, menggunakan enkripsi end-to-end, dan memberikan kontrol lebih besar kepada pengguna melalui pengaturan privasi yang mudah dipahami.
2. Dari Sosiologi: Masyarakat perlu meningkatkan literasi digital untuk memahami risiko privasi data dan menuntut transparansi dari penyedia layanan. Gerakan sosial, seperti kampanye untuk regulasi yang lebih ketat, juga dapat mendorong perubahan kebijakan.
3. Regulasi dan Kolaborasi: Pemerintah harus memperkuat regulasi seperti GDPR di tingkat lokal, sementara perusahaan teknologi perlu berkolaborasi dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan.

Kesimpulan
Privasi data adalah isu sosial yang kompleks, memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap teknologi dan hubungan sosial dalam masyarakat digital. Dengan menganalisis isu ini melalui teori Sistem Informasi (TAM dan Information Privacy Concern) dan Sosiologi (Panoptikon), kita memahami bahwa solusi memerlukan pendekatan teknis dan sosial. Dengan desain sistem yang berfokus pada privasi, peningkatan literasi digital, dan regulasi yang kuat, kita dapat menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan adil.

Daftar Pustaka
Cavoukian, A. (2012). Privacy by design: The 7 foundational principles. Information and Privacy Commissioner of Ontario.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology. MIS Quarterly, 13(3), 319--340. https://doi.org/10.2307/249008
Foucault, M. (1977). Discipline and punish: The birth of the prison. New York: Pantheon Books.
Giddens, A. (1990). The consequences of modernity. Stanford: Stanford University Press.
Lyon, D. (2001). Surveillance society: Monitoring everyday life. Buckingham: Open University Press.
Smith, H. J., Dinev, T., & Xu, H. (2011). Information privacy research: An interdisciplinary review. MIS Quarterly, 35(4), 989--1015. https://doi.org/10.2307/41409970
Xu, H., Dinev, T., Smith, J., & Hart, P. (2011). Information privacy concerns: Linking individual perceptions with institutional privacy assurances. Journal of the Association for Information Systems, 12(12), 798--824. https://doi.org/10.17705/1jais.00281
Zuboff, S. (2019). The age of surveillance capitalism: The fight for a human future at the new frontier of power. New York: PublicAffairs.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun