Mohon tunggu...
RAFITYO TEGAR MAULIDIMASYAH
RAFITYO TEGAR MAULIDIMASYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sopan dan Ramah

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tradisi Sakral di Tengah Keindahan Alam Telaga Ngebel

5 Juli 2025   22:46 Diperbarui: 5 Juli 2025   22:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu Muharram adalah hari pertama dalam kalender hijriah yang dikenal sebagai tahun baru islam. Pada tahun ini satu Muharram 1447 H bertepatan dengan 27 Juni 2025 dan akan berakhir pada tanggal 25 Juli 2025. Bulan Muharram ini disebut juga sebagai bulan Allah. Syekh Jalalauddin As-Suyuthi mengatakan, kelebihan bulan Muharram terletak pada namanya yang islami dibandingkan nama bulan Hijriah lainnnya. Masyarakat Jawa menyebut bulan Muharram ini "sasi Suro" kata tersebut berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung. Bulan ini tentunya bulan yang penting  bagi umat islam yang berguna untuk membersihkan diri dan hati supaya bisa menjadi diri yang lebih baik. Oleh karena itu, masyarakat Jawa yang beragama islam dan juga masih kental dengan tradisi memiliki banyak ritual dalam menyambut bulan Suro. Ritual 1 Suro adalah ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa ketika masuknya bulan Muharram atau dalam penanggalan Jawa disebut dengan bulan Suro atau Suran.

Khususnya di Kabupaten Ponorogo memiliki banyak sekali rangkaian acara untuk menyambut satu suro ini diantaranya yaitu
* Tanggal 4 Juni 2025 simaan Al-qur'an
* Tanggal 15 Juni kenduri Suran
* Tanggal 17 Juni upacara pembukaan di alun alun Ponorogo
* Tanggal 18-19 Juni festival karawitan di Pendopo Agung
* Tanggal 18-21 Juni pementasan Festival Reog Remaja XXI di Alun-Alun Ponorogo
* Tanggal 22-25 Juni pementasan Festival Nasional Reog Ponorogo XXX di Alun-Alun Ponorogo
* Tanggal 25 Juni  ziarah Makam Batoro Kalong, Tajug, Masjid Agung Ponorogo, Astana Srandil, TMP Wira Patna Paranti
* Tanggal 25 Juni bedol Pusaka
* Tanggal 26 Juni kirab Pusaka, Pawai Lintas Sejarah, dan Jamasan Pusaka (dari Kota Lama ke Kota Tengah)
* Tanggal 26 Juni: Upacara Penutupan di Alun-Alun Ponorogo.

Tak hanya di pusat Kabupaten Ponorogo, di salah satu pegunungan yang ada di Ponorogo tepatnya di Gunung Wilis Kecamatan Ngebel yang dikenal dengan wisatanya yaitu Telaga Ngebel juga menjadi pusat dalam penutupan rangkaian grebeg suro. Alasan Telaga Ngebel dijadikan pilihan dalam menjalankan ritual ini adalah karena masyarakat setempat percaya bahwa Telaga Ngebel memiliki kekuatan ghaib yang kuat dan dianggap sebagai poros kehidupan bagi seluruh makhluk, baik yang berada di dalam telaga, manusia, sampai mereka yang tidak terlihat agar tetap bisa hidup berdampingan. Acara ini disebut Larung sesaji atau lebih mudahnya disebut Larungan. Larungan pada tahun 2025 ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 Juni 2025 dengan serangkaian acara. Acara diawali pada tanggal 26 Juni pada pagi hari dengan kegiatan memandikan kambing kendhit. Kambing kendit adalah jenis kambing Jawa yang memiliki ciri khas warna hitam dengan sabuk putih melingkar di bagian perut. Secara filosofis, kambing kendit sering dikaitkan dengan berbagai ritual adat, yang bertujuan untuk tolak bala, atau permohonan keselamatan. Selanjutnya, kambing kendhit tersebut disembelih dan dilarung di Telaga serta keempat kakinya dikubur beberapa Lokasi yang telah ditentukan yang bertujuan supaya seluruh Kawasan Telaga Ngebel selalu dijaga, dan juga selalu aman bagi seluruh pengunjung.

Di malam 1 Suro atau Malam Satu Muharram ada juga tradisi "Lampah Ratri Sewu Obor",tadisi ini dilakukan dengan cara kirab mengelilingi Telaga Ngebel sambil membawa obor dan berdoa.Tujuan dari acara ini adalah merefleksi diri,membersihkan diri dari hal-hal negatif,dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.Peserta  "Lampah Ratri Sewu Obor" diikuti oleh warga setempat,termasuk juga anggota organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang melakukan kirab mengelilingi Telaga Ngebel.Tradisi ini juga banyak menarik perhatian warga luar Kecamatan Ngebel khususnya wisatawan yang ingin mengikuti dan menyaksikan tradisi ini yang dilaksanakan pada Malam Satu Muharram. Setelah rangkaian sewu obor selesai dan tiba tepat di Dermaga Telaga Ngebel, prosesi Larungan malam dimulai, Dimana kepala kambing yang telah disembelih tersebut dilarung ke dalam Telaga Ngebel.

Tak hanya malam hari saja, keesokan harinya juga masih terdapat banyak rangkaian acara yang ditunggu para pengunjung. Acara dimulai pukul 07.00 dengan bunyi gamelan dari Desa Wagir Lor, Ngebel. Setelah itu, persembahan buceng agung dan hasil bumi kepada bupati sebelum buceng buceng tersebut diarak memutari Telaga Ngebel. Namun, sebelum buceng buceng tersebut diarak mengelilingi telaga terdapat sebuah ritual yaitu Tari Bedhaya Larung yang ditarikan oleh tujuh penari dengan lemah lembut serta ditutup dengan memecahkan kendhi oleh salah satu penari. Tarian ini menjadi simbol ungkapan syukur atas berkah yang diberikan Tuhan kepada masyarakat dan juga sebagai bentuk demokrasi nyata dalam mencapai mufakat, yang puncaknya adalah prosesi larung di telaga. Setelah ritual Tari Bedhaya Larung selesai buceng buceng tersebut diarak mengelilingi telaga dengan menggunakan mobil jeep, bagi para pengunjung yang menunggu di dermaga Telaga Ngebel disajikan sebuah penampilan reog dari SMPN 1 Ngebel sambil menunggu buceng buceng tersebut tiba. Saat buceng buceng tersebut tiba, buceng hasil bumi yang berisi sayuran dan buah buahan dibagikan kepada para pengunjung, sedangkan yang dilarung hanyalah buceng agung saja. Buceng agung dilarung dengan menggunakan sebuah bambu yang dijajarkan dan digabung menjadi sebuah perahu tradisional yang kemudian bambu tersebut didorong oleh Mbah Sakun dengan cara berenang hingga tepat berada di tengah telaga. Saat sampai di tengah telaga buceng agung tersebut diberi doa dan kemudian dimasukkan kedalam telaga sebagai berkah wujud syukur kepada tuhan atas nikmat yang telah diberikan kepada seluruh pengunjung serta masyarakat Ngebel.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun