Di era pandemi seperti sekarang ini, aktivitas manusia menjadi sangat terbatas. Manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi untuk bisa berinteraksi dengan sesamanya.Â
Hal ini tentunya menuntut manusia agar tidak henti-hentinya berinovasi di bidang teknologi demi mempermudah kehidupannya. Hingga saat ini, terbukti manusia mampu menciptakan dunia virtualnya sendiri. Melalui teknologi yang dikenal sebagai VR (Virtual Reality), manusia mampu menghadirkan sebuah dunia tiga dimensi buatan.
VR atau Virtual Reality merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan di dunia virtual yang disimulasikan oleh komputer sehingga pengguna seolah-olah berada di lingkungan tersebut.
VR atau Virtual Reality bekerja dengan cara memanipulasi otak manusia sehingga seolah-olah lingkungan virtual terasa nyata. Dengan kata lain, VR menghapus keberadaan dunia nyata di sekeliling penggunanya.
Untuk dapat melakukan ini tentunya memerlukan perangkat pendukung yang memadai. Perangkat paling minimal ialah headset VR seperti Oculus Rift atau Samsung Gear VR.
Headset VR pada umumnya berbentuk seperti kacamata selam dengan lensa tertutup. Dengan bagian depan yang disebut VR box digunakan untuk meletakkan smartphone sebagai sumber gambar untuk diproyeksikan.
Berbeda lagi dengan headset VR seperti Oculus Rift yang memiliki teknologi lebih canggih. Perangkat VR tersebut tidak perlu menggunakan smartphone, melainkan dengan layar yang menampilkan video dan gambar virtual yang dapat dihubungkan ke komputer melalui bluetooth.Â
Headset VR juga dilengkapi dengan headphone serta joystick yang tersambung ke VR untuk menambah interaksi antara pengguna dengan lingkungan virtual yang diciptakan.Â
Ketika pengguna sudah memasuki dunia virtual tersebut, pengguna memiliki sudut pandang tak terbatas atau sudut pandang sebesar 360 derajat. Jenis dunia virtual yang dimasuki tentunya akan beragam dan bahkan ada yang mengharuskan pengguna bergerak secara aktif dalam dunia virtual tersebut.
Teknologi VR tidak hanya digunakan untuk bermain game ataupun bersenang-senang saja. Di negara seperti Amerika Serikat, mulai banyak universitas maupun institusi pendidikan lainnya menggunakan teknologi VR yang terbukti mampu memberikan pengalaman berinteraksi dengan konten secara immersive.
Sebagai contoh, dengan menggunakan aplikasi Labster, siswa dapat melaksanakan eksperimen secara virtual maupun simulasi kompleks yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di fasilitas khusus dengan perlengkapan yang mahal tentunya.