Mohon tunggu...
Rafif Elang
Rafif Elang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tugas Individu_2_13_Rafif Elang Danendra

14 Agustus 2018   19:15 Diperbarui: 17 Agustus 2018   20:09 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vaksinasi merupakan salah satu terobosan dalam dunia kedokteran. Vaksinasi adalah penyuntikan bibit penyakit yang telah dilemahkan ke tubuh manusia dengan tujuan membuat orang tersebut kebal dari penyakit yang disuntikan. Sejak ditemukannya vaksin pada tahun 1796, sudah banyak penyakit yang ditekan jumlah penderitanya oleh vaksin. Salah satu vaksin yang paling umum adalah vaksin MMR (measles, mump, and rubella). Vaksin ini digunakan untuk mengatasi penyakit campak, parotitis atau gondongan, dan rubella. Ketiga penyakit ini adalah penyakit yang sempat mengancam kesehatan manusia di seluruh dunia. Dulu, penyakit campak memiliki tingkat infeksi yang amat tinggi.[1] Pada tahun 1981, jumlah penderita penyakit ini berhasil diturunkan hingga jadi 80% lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Bahkan, pada tahun 2000, Amerika Serikat menyatakan bahwa penyakit ini sudah berhasil dieliminasi.[2] Parotitis juga merupakan penyakit umum yang jika menyerang pria yang sudah mengalami pubertas, dapat menyebabkan kemandulan.[3] Begitu juga dengan rubella. Jika seorang wanita terjangkit penyakit ini, ada kemungkinan anak yang dikandung akan terlahir cacat.[4] Vaksin untuk ketiga penyakit ini awalnya terpisah, tetapi kemudian digabungkan agar lebih efektif. Penggabungan ketiga vaksin ini juga terbukti meningkatkan jumlah orang yang melakukan vaksinasi.[5]

Walaupun dapat mencegah penyakit umum yang membahayakan, ada juga sekelompok orang yang menentang vaksinasi. Sebenarnya sejak awal vaksin digunakan sudah ada sekelompok orang yang menentang penggunaannya.[6] Namun, penolakan ini tidak didasari oleh motif ilmiah. Motif ilmiah baru muncul setelah penelitian yang ditulis oleh Dr. Andrew Wakefield diterbitkan dalam jurnal The Lancet. Dalam penelitiannya itu, disebutkan bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan autisme. Tentu masyarakat menjadi gempar. Jumlah orang yang tidak mau mendapatkan vaksin MMR langsung meningkat.[7] Benarkah vaksinasi MMR menyebabkan autisme?

Mari kita bahas sedikit mengenai makalah karya Dr. Andrew Wakefield tersebut. Walaupun sempat diterbitkan di The Lancet yang merupakan salah satu jurnal medis terbaik hingga saat ini, pada tahun 2010 The Lancet menarik kembali makalah Dr. Andrew Wakefield dari peredaran. Hal ini karena dalam pembuatan penelitian itu banyak terdapat kesalahan fatal.[7] Kesalahan pertama adalah data hasil penelitian yang dilakukan ternyata dimanipulasi.[8] Kesalahan selanjutnya, penelitian hanya dilakukan pada anak yang mendapatkan vaksinasi, sehingga tidak ada pembanding. Ketiga, jumlah sampel penelitian terlalu sedikit. Selain itu, ditemukan juga bahwa ternyata Dr. Andrew Wakefield didanai oleh pengacara-pengacara yang ini menuntut perusahaan pembuat vaksin. Pada tahun 2010, akhirnya jurnal The Lancet menarik kembali penelitian yang dibuat oleh Dr. Andrew Wakefield tersebut.[7] Dengan ditariknya penelitian ini, tentu pernyataan bahwa autisme dapat menyebabkan autisme menjadi tidak berdasar lagi.

Ilmuwan-ilmuwan di seluruh dunia juga telah melakukan berbagai penelitian mengenai hubungan vaksinasi dengan autisme. Dari hasil penelitian tersebut, tidak ada yang menemukan satu pun bukti yang mendukung penelitian yang dilakukan Dr. Andrew Wakefield. Bahkan, penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara kedua hal tersebut. Penelitian-penelitian tersebut sudah didaftar dengan terperinci oleh The American Academy of Pediatrics. Daftar tersebut dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja di internet.[9]

Banyak isu-isu yang berusaha menghubungkan vaksin dengan autisme. Contohnya adalah penggunaan thimerosal, zat yang didalam tubuh diubah menjadi sejenis merkuri, sebagai pengawet dalam vaksin. Merkuri memang terbukti dapat menyebabkan autisme, namun jenis merkuri tersebut berbeda dengan yang dihasilkan tubuh dari thimerosal. Setelah kandungan thimerosal dihilangkan dari vaksin pun tidak ada perubahan terhadap jumlah penderita autisme.[8] Dengan semakin berkembangnya zaman, tentu isu-isu seperti ini akan lebih mudah menyebar. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa vaksin berasal dari darah babi dan manusia. Sebagai masyarakat yang bijak, kita tidak boleh langsung percaya terhadap artikel yang kita temukan di internet. Kebenaran artikel-artikel tersebut dapat dibuktikan dengan mencari penelitian-penelitian terpercaya di internet. Mari menjadi masyarakat yang cerdas!


 

REFERENSI

 

1]Measles, mumps, and rubella (german measles) cases and deaths, and MMR vaccination rates [Internet]. Vaccines.procon.org. 2018 [cited 17 August 2018]. Available from: https://vaccines.procon.org/view.additional-resource.php?resourceID=005969

2]Measles history [Internet]. Cdc.gov. 2018 [cited 17 August 2018]. Available from: https://www.cdc.gov/measles/about/history.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun