Pelaksanaan WOC pada beberapa waktu yang lalu di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara dapat dikatakan berhasil. Kegiatan WOC tersebut melibatkan peserta dari dalam maupun luar negeri yang jumlahnya termasuk cukup banyak.
Kini kembali event berskala internasional semacam WOC akan di gelar di Kota Manado, yakni yang diberi nama Sail Bunaken.
Ditinjau dari nama kegiatan Sail Bunaken, maka tentunya sangat berkaitan erat dengan Taman Laut Bunaken yang berada di Kota Manado. Sail Bunaken juga akan melibatkan peserta baik dari dalam dan luar negeri dengan jumlah yang banyak pula.
Namun sayang, keberadaan Taman Laut Bunaken saat ini tidak setenar kebesaran namanya yang telah mendunia.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka analisa kondisi alam, sosial, budaya, sarana dan prasarana di Taman Nasional Bunaken khususnya di Pulau Manado Tua, Bunaken dan Siladen telah memasuki International Spotlight tetapi keadaannya berada jauh dari ketenarannnya.
Ada beberapa masalah serius sampai yang kronis dihadapi ketiga pulau ini, yakni :
Kelangkaan air bersih diikuti oleh keterbatasan supply listrik dan jaringan telekomunikasi. Ketersediaan air, kwalitas, kapasitas total, potensi untuk pengembangan dan sumber air alternatif adalah hal - hal mendasar yang belum terselesaikan di ketiga pulau yang menyimpan potensi dunia ini.
Management pariwisata di tempat ini belum sepenuhnya ditangani dengan baik. Pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah : Apakah cara pengelolaan seperti yang sekarang ini memenuhi prinsip pengembangan pariwisata yang dalam jangka panjangenvironmentally sustainable dan economically viable ? Akuntabilitas implementasi belum dapat dimonitor dengan baik; data base sumber - sumber marine parks belum tertata; masalah carrying capacity marine parks dan pengendalian pengembangan belum memadai.
Fasilitas umum yang bersifat cumpolsory belum tersedia, seperti Toilet dan Kamar Mandi Pembilasan. Selain itu, main entrance ke pulau dari pusat kota Manado tidak dalam kondisi prima.
Transport laut yang menghubungkan Pusat Kota dan ketiga pulau ini tidak cukup representatif (tidak diperlengkapi dengan toilet, asuransi keamanan, tidak tersedia informasi awal baik di mainentrance maupun di perahu motor). Profesionalisme dan kenyamanan dalam pengelolaan transportasi laut belum menonjol padahal ini merupakan salah satu mata rantai penyajian pengalaman pada wisatawan.
Belum tersedianya klinik yang representatif untuk memberikan bantuan medis yang segera dan urgen. Letak pulau yang cukup terisolasi dari Rumah Sakit akan menjadi hal yang kritis bagi wisatawan atau penduduk lokal yang menghadapi situasi medis darurat.
Masalah sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan, implementasi maupun monitoring dan pengendalian serta multiplier effect dari kontribusi ekonomi pariwisata di kawasan ini masih kurang. Secara fisik masyarakat yang ada di ketiga pulau ini belum menjadi Pemilik (owner) dari sumber daya (resources)yang dimilikinya. Masyarakat lokal belum menikmati kekayaan alam dari world class diving ini. Mereka masih masuk pada kelas pekerja dan kelompok marginal dalam konstelasi ekonomi di pulau. Kemampuan managerial, finansial, akses ke sumber kekuasaan membuat masyarakat di ketiga pulau ini selalu harus tunduk pada pembuat keputusan yang diluar lingkungan komunitas dan investor. Kota Manado perlu Belajar dari pengalaman negara - negara tujuan wisata dunia yang pengembangan pariwisatanya dengan memarginalisasi komunitas lokal, pada akhirnya, harus berhadapan dengan implikasi yang serius bagi kelangsungan pariwisata. Dan bila masalah ini tidak ditangani dengan baik, implikasinya adalah meningkatnya social irritation index dan social acceptance index.