Gunung Bromo yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sudah lama jadi primadona wisata alam di Indonesia. Panorama alamnya benar-benar memesona, dari kawah yang masih aktif sampai hamparan pasir luas yang tampak seperti lautan. Nggak heran kalau tempat ini selalu jadi incaran para pelancong, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tapi di balik keelokannya, Bromo punya segudang potensi bahaya, baik dari alam maupun ulah manusia. Karena itu, butuh penanganan risiko yang cermat supaya kegiatan wisata tetap aman, nyaman, dan nggak merusak ekosistem sekitar.
Bahaya yang Mengintai di Balik Keindahan
Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif dan cukup sering 'batuk'. Data dari PVMBG menyebutkan bahwa sampai tahun 2007, gunung ini sudah meletus lebih dari 50 kali. Bahaya yang mungkin muncul antara lain semburan batu panas, abu yang menyelimuti udara, dan gas beracun yang bisa bikin sesak napas. Misalnya saja pada Januari 2025 lalu, aktivitas vulkaniknya naik tajam dan jalur pendakian ke Semeru harus ditutup untuk sementara demi keselamatan bersama. Selain letusan, ancaman lain yang nggak kalah gawat adalah kebakaran hutan. Salah satu kejadian yang cukup heboh terjadi pada September 2023, gara-gara flare dinyalakan saat sesi foto prewedding. Api menyebar cepat, melahap area yang cukup luas, dan beberapa jalur wisata akhirnya terpaksa ditutup. Belum lagi, cuaca ekstrem seperti angin kencang atau hujan deras bisa bikin kondisi semakin berisiko---terutama buat wisatawan yang nggak terbiasa menjelajahi medan pegunungan. Yang juga harus jadi perhatian adalah jumlah pengunjung yang makin membeludak, apalagi saat musim liburan. Kalau nggak diatur, kondisi ini bisa bikin Bromo kewalahan. Lingkungan jadi rusak, sampah berserakan, tumbuhan dan hewan terganggu, bahkan bisa muncul ketegangan antara pengunjung dan pengelola kawasan.
Cara Cerdas Mengelola Ancaman
Untuk mengantisipasi semua kemungkinan buruk itu, pihak pengelola TNBTS sudah menjalankan sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah dengan rutin mengawasi aktivitas gunung lewat kerja bareng PVMBG. Informasi soal kondisi gunung selalu diperbarui secara langsung dan disebarluaskan lewat papan pengumuman serta platform digital. Dengan begitu, wisatawan bisa tahu apakah situasi sedang aman atau perlu menunda kunjungan. Di sisi lain, langkah pencegahan kebakaran juga diperketat. Sekarang, semua aktivitas yang melibatkan api terbuka dilarang keras di area taman nasional. Petugas rajin berpatroli, apalagi saat musim kemarau datang. Edukasi ke pengunjung juga terus dilakukan, dari penyuluhan langsung sampai kerja sama dengan komunitas sekitar. Karena sebagian besar kebakaran justru muncul dari kecerobohan manusia.
Untuk mengurangi dampak kunjungan yang berlebihan, sistem kuota harian diterapkan. Tiket masuk bisa dibeli secara daring dan jumlah pengunjung tiap hari dibatasi sesuai kapasitas kawasan. Selain itu, ada juga gerakan sadar lingkungan yang melibatkan pengunjung dalam kegiatan seperti bersih-bersih area wisata. Menghadapi cuaca yang sering berubah-ubah juga nggak luput dari perhatian. Info cuaca selalu diperbarui dan dibagikan ke pengunjung lewat media online dan petugas lapangan. Kalau cuaca dinilai membahayakan, jalur-jalur tertentu akan ditutup sementara. Wisatawan juga disarankan untuk memakai jasa pemandu lokal yang paham betul kondisi lapangan dan cara menghadapi situasi darurat.
Gunung Bromo bukan sekadar tempat wisata, tapi juga bagian dari alam yang mesti kita rawat bareng-bareng. Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pengelola TNBTS menunjukkan bahwa wisata alam bisa tetap seru tanpa merusak. Tapi semua itu akan percuma kalau para pengunjung nggak ikut andil. Mulai dari nggak buang sampah sembarangan, mematuhi aturan, sampai menghargai budaya dan masyarakat lokal semua itu bagian dari tanggung jawab kita sebagai tamu di rumah Bromo. Jadi kalau kamu berencana ke sana, jangan cuma datang buat foto-foto. Jadilah wisatawan yang bijak, yang datang nggak cuma menikmati, tapi juga ikut menjaga jangan merusak apapun.
Daftar Pustaka
Gumilar, Edwin., Prasetyo Nugroho. 2023. Resiliensi dan Dukungan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Wisata Alam Selama Pandemi COVID-19: Studi Kasus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Journal Of Forest Science Avicennia. From https://doi.org/10.22219/avicennia.v6i2.30038
Kumala, Gading Berlian Wati Nur., dkk. 2024. Analysis of the Beauty of Mount Bromo Tengger Semeru Landscape as Indonesia's Top Tourism Destination. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, vol 14. From https://doi.org/10.33005/jdg.v14i3.4866
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI