Klaim lain yang sukses dipatahkan oleh fenomena CC Cup adalah narasi dominan mengenai kecanduan perangkat digital yang dialami Gen Z sepanjang waktu. Memang, mustahil untuk tidak melihat sea of smartphones di area acara. Namun, pengamat yang jeli akan melihat pergeseran fungsi yang signifikan.
Pada saat CC Cup, ponsel pintar tidak lagi berfungsi sebagai alat untuk melarikan diri dari realitas sosial (escapism), melainkan beralih menjadi alat untuk memperkuat dan memfasilitasi interaksi di dunia nyata. Fungsinya menjadi pragmatis dan instrumental. Para peserta memanfaatkan perangkat mereka untuk mengoordinasikan pertemuan dengan teman baru di antara jadwal pertandingan yang padat (“Kita ketemu di stand minuman setelah lomba debat, ya!”). Mereka menggunakannya untuk membagikan momen—foto kemenangan, video gol spektakuler, atau swie bersama—langsung ke media sosial, yang kemudian menjadi bahan obrolan lebih lanjut. Yang paling penting, teknologi menjadi perekam dan pengikat hubungan; dengan saling follow di Instagram atau bertukar nomor WhatsApp, mereka memastikan bahwa ikatan yang baru terbentuk tidak putus setelah acara usai. Dengan demikian, alih-alih memisahkan seseorang dari kelompok, teknologi justru menjadi lem sosial yang mencegah keterpisahan dan pada akhirnya memicu pertumbuhan pertemanan yang berkelanjutan.
Puncak Perayaan dan Sebuah Pelajaran
Sebagai kesimpulan, CC Cup merupakan acara serba ada yang puncaknya seringkali ditandai dengan sebuah konser besar. Konser ini bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah perayaan simbolis atas semangat komunitas dan persatuan yang telah dibangun selama seminggu penuh kompetisi. Di bawah gemerlap lampu dan alunan musik, semua batas sekolah melebur; yang tersisa adalah sebuah komunitas muda yang merayakan perjalanan mereka bersama.
Lebih signifikan lagi, acara ini berfungsi sebagai bukti nyata dan pesan yang jelas bagi generasi yang lebih tua—orang tua, guru, dan pengamat pendidikan—yang mungkin masih memegang erat pandangan usang tentang kemampuan sosial Generasi Z. CC Cup menunjukkan dengan gamblang bahwa kesenjangan generasi (generation gap) tidaklah sebesar atau sedalam yang seringkali dipersepsikan. Acara ini dengan bangga menampilkan potret pemuda Indonesia yang aktif secara sosial, kolaboratif, energetik, dan sangat terlibat dengan komunitas langsung mereka.
CC Cup, pada akhirnya, adalah lebih dari sebuah piala. Ia adalah bukti nyata dan sekaligus katalis bagi perkembangan remaja Indonesia yang berkomitmen untuk berkembang tidak hanya secara fisik dan mental, tetapi juga secara sosial dalam sebuah kerangka komunitas yang sehat, dinamis, dan penuh semangat. Di sinilah, dalam kancah pertandingan yang sengit, lahir pertemanan-pertemanan yang mungkin akan bertahan seumur hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI