Raja Ampat, surga biodiversitas dunia yang selama ini dikenal sebagai mutiara timur Indonesia, kini sedang menghadapi ancaman serius: eksploitasi tambang nikel. Isu ini bukan hanya menjadi pembahasan kalangan akademisi dan aktivis lingkungan, tetapi juga menimbulkan kegelisahan di hati para mahasiswa yang mencintai keberlanjutan dan keadilan sosial.
Sebagai mahasiswa, kami melihat isu tambang nikel di Raja Ampat bukan hanya persoalan ekonomi atau kebijakan industri semata, tetapi juga soal masa depan lingkungan, budaya lokal, dan warisan alam yang tak tergantikan.
Dilema Pembangunan dan Eksploitasi
Pemerintah dan perusahaan tambang sering kali membawa narasi “pembangunan” dan “kemajuan ekonomi” dalam rencana eksploitasi sumber daya alam, termasuk nikel di Raja Ampat. Mereka berdalih bahwa kegiatan ini akan membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan mempercepat pembangunan infrastruktur.
Namun, pertanyaannya: pembangunan untuk siapa? Apakah masyarakat lokal benar-benar mendapat manfaat jangka panjang? Ataukah mereka justru menjadi korban atas nama investasi?
Dari sudut pandang mahasiswa, pembangunan yang mengorbankan lingkungan dan merusak ekosistem laut serta daratan Raja Ampat bukanlah pembangunan yang layak dibanggakan. Apa artinya pertumbuhan ekonomi jika yang hilang adalah warisan alam yang tak bisa dikembalikan?
Kekhawatiran Ekologis dan Sosial
Kami sebagai generasi muda yang juga akan mewarisi dampak dari kebijakan hari ini melihat potensi kehancuran ekologis sebagai bahaya nyata. Hutan tropis yang ditebang, pencemaran air laut akibat limbah tambang, dan ancaman terhadap spesies endemik adalah konsekuensi yang tak bisa dihindari dari aktivitas pertambangan di wilayah yang seharusnya dilindungi.
Selain itu, suara masyarakat adat dan warga lokal sering kali tak dilibatkan secara adil dalam proses pengambilan keputusan. Ini mencerminkan lemahnya partisipasi demokratis dalam kebijakan sumber daya alam. Banyak masyarakat yang hanya bisa pasrah, karena informasi minim dan kuasa ekonomi tidak berada di tangan mereka.
Tanggung Jawab Akademisi dan Mahasiswa
Sebagai mahasiswa, kami tidak hanya belajar teori-teori pembangunan dan lingkungan, tetapi juga ditantang untuk bersuara dan berpihak pada kebenaran. Isu tambang nikel di Raja Ampat adalah panggilan moral bagi dunia akademik untuk bersikap kritis.