Mohon tunggu...
Radito Kusuma
Radito Kusuma Mohon Tunggu... -

Mengamat-amati apa aja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sejauh Mana Efektifnya Kampanye Negatif Prabowo-Sandi?

16 September 2018   10:42 Diperbarui: 16 September 2018   16:39 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beda kampanye negatif dan hoax bisa jadi beti (beda-beda tipis). Kubu Prabowo dan Sandi sangat gemar menggunakan kampanye negatif dalam kesempatan menjual dirinya. Namun terkadang kampanye negatif itu menjadi terkesan hoax karena tidak didukung dengan argumen atau data-data yang benar dan bahkan seringkali tidak didukung data sama sekali. Di berbagai negara maju, kampanye negatif juga sangat populer digunakan di saat pilpres. Namun apa yang dilakukan di negara maju berbeda dengan yang dilakukan di Indonesia. Pihak lawan yang menyerang dengan kampanye negatif namun didukung dengan data-data dan bukti-bukti yang seharusnya. Pihak penyerang akan dituntut di pengadilan apabila tidak mempunyai bukti-bukti yang akurat. Dengan kata lain menyerang pihak lawan dengan fakta-fakta untuk memberi kesan negatif. Apakah kampanye negatif efektif mempengaruhi masyarakat memilih capres-cawapres? 

Sebagai contoh Prabowo berkali-kali menebar isu negatif tentang kondisi Indonesia yang dalam kondisi darurat dan bahkan diramal Indonesia akan bubar 2030 (sekalipun ironisnya Prabowo, Hashim, dan Sandiaga Uno besnisnya terus membengkak dan semakin kaya raya). 

Prabowo juga menyerang Jokowi-JK karena mereka dianggap tidak mampu melepaskan Indonesia dari kemiskinan dan tidak mampu bangkit sebagai negara maju (baca artikel ini). 

Sandiaga Uno pun tidak kurang gencarnya menebar isu-isu negatif untuk mempengaruhi pemilih yang dianggap lemah dan mudah "dibodohi" dengan sentimen-sentimen kondisi pesimistik dan menebar rasa takut di kalangan mereka, sebagai contoh emak-emak yang setiap harinya belanja, mereka ditakut-takuti bahwa harga bahan pangan naik setiap hari bahkan sekarang tidak lagi terjangkau sehingga mengakibatkan pertengkaran di rumah tangga. Contoh lain adalah susahnya mencari pekerjaan buat anak-anak muda khususnya lulusan SMA dan S1. Tentu saja kelompok milenial ini ladang suara yang tidak sedikit karenanya Prabowo-Sandi berusaha merebut simpati mereka agar memilihnya. 

Berdasarkan tulisan yang dipublikasi oleh Oxford Research Encyclopedias menyatakan bahwa pengaruh iklan negatif tidak memberikan dampak perolehan suara sebesar yang diharapkannya. 

Seberapa efektifkah kampanye negatif Prabowo - Sandi?

Jawabannya tentu akan sangat beragam, ada yang mengatakan efektif dan ada juga yang mengatakan tidak efektif tergantung pada siapa yang disasar dan situasi politis-nya. Ada penelitian yang menyatakan kampanye negatif tidak memberikan dampak yang signifikan bagi calon presiden terhadap hasil suara yang diperoleh. Sebaliknya justru akibat negatif-nya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara lebih bisa dirasakan dan merusak hubungan bermasyarakat. 

Contoh pengaruh buruk kampanye negatif, misalnya, eksploitasi emak-emak untuk kepentingan politis dalam rangka pemilu saja. Sandi telah mengumbar drama pertikaian antara seorang istri dengan suaminya karena istri dianggap gagal mengatur uang belanja. 

Dengan pernyataan Sandi ini mengakibatkan perdebatan di masyarakat antara pro dan kontra karena Sandi tidak memberikan data-data akurat terkait dengan drama tersebut. Jelas bahwa banyak emak-emak yang setiap harinya belanja di pasar tidak mengalami pengalaman serupa seperti yang disampaikan Sandi. Demikian juga dengan isue sulit mencari pekerjaan bagi anak-anak lulusan SMA dan S1, lagi-lagi Sandi tidak memberikan data apa yang disampaikannya. 

Apa yang diucapkan itu hanya akan menimbulkan rasa pesimisme di kalangan muda dan membuat mereka tidak percaya pada diri sendiri. Padahal isue tidak mudahnya mencari pekerjaan bagi yang baru lulus sekolah dari jaman Indonesia baru merdeka sampai sekarang pun sama-sama sulit karena mereka yang baru lulus sekolah pada umumnya tidak mempunyai pengalaman kerja. 

Tidak hanya di Indonesia, hampir semua negara mengalami hal serupa karena itu adalah fenomena alami. Sandi hanya sekedar mengekploitasi issue-issue yang mempermainkan emosi pemilih tetapi tidak bertanggung jawab terhadap akibatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun