Mohon tunggu...
R AdityaDwi
R AdityaDwi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Broken Home sama dengan Broken Dream?!

17 Desember 2018   01:07 Diperbarui: 17 Desember 2018   02:31 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Says Who?

Anak broken home seringkali disamaratakan dan seringkali diberi label "anak nakal", dan diduga sering melakukan penyimpangan sosial tanpa dasar yang jelas. Hanya karena beberapa anak broken home melakukan penyimpangan, tidak berarti semua anak broken home begitu.

Sabtu, 28 Juli 2018.- Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 10.14, genap hari itu umurku akan beranjak menuju dua puluh tahun, ooo i can't wait for it. Aku membayangkan berapa banyak hadiah dan ucapan yang akan aku dapatkan, dan bagaimana hari ini akan menjadi hari terbaik sedunia.

Tak sabar diriku menunggu, setiap detik kutunggu notifikasi di handphone ku, mungkin saja ada yang mengucapkan atau akan berencana membuat surprise untukku. Tak selang lama datang sepucuk surat dari Pak Pos yang tergeletak di meja, waahhh apakah ini surprise yang kutunggu-tunggu itu?? aku tak sabar membukanya.

Lalu kubuka perlahan surat itu, ku sobek bagian atas amplop putih itu dan perlahan kulihat isi dari surat didalamnya. Seketika anganku terhempas saat melihat cap dalam surat itu berasal dari pengadilan agama berisikan surat panggilan sidang cerai kedua orangtuaku. Oh godd kenapa harus hari ini :(  di hari dimana harusnya aku mendapat banyak kesenangan.

Sebenarnya sudah 6 bulan kedua orangtuaku bolak balik ke pengadilan agama untuk melakukan mediasi hingga memenuhi panggilan dari pengadilan agama. Well sebenarnya aku tau at the end kedua orang tua ku akan berpisah karena sudah tidak menemukan alasan untuk bertahan. Tapiii kenapa harus secepat ini dan di hari spesial ini??

ohh iya orang tuaku berpisah simply karena sudah tidak merasa cocok, dan sering berselisih pendapat, dan memiliki karakter yang benar benar berbeda. Tapi mereka bertahan hingga aku beranjak dewasa dan lebih siap untuk menerima keadaan, walau sebenarnya sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau dan siap.

Dan aku ingin menegaskan terlebih dahulu orang tua ku berpisah karena memang sudah tidak ada lagi jalan menyelesaikan masalahnya, tidak pernah ada kdrt, dan bukan karena ada orang ketiga yang merusak. Purely karena sudah tidak cocok, memiliki visi misi yang berbeda, dan tidak ada lagi hal yang dapat menyatukan keduanya. Dan mereka berpisah untuk kebaikan anaknya, daripada harus melihat orang tua bertengkar terus-menerus. Jadi lebih baik berpisah dan tetap menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua dari anaknya.

Okeee lanjut

Awalnya kukira perceraian hanya perpisahan kedua orang tua, ternyata tidak sesimpel itu kawan-kawan. Belum siap diri ini menerima keadaan, sudah ditambah dengan beban lain yaitu cap jelek yang orang lekatkan kepada diri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun