Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Anak Kena DBD, Dokter Keluarga Larang Masuk Rumah Sakit

21 Agustus 2019   02:15 Diperbarui: 21 Agustus 2019   07:47 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: Richard Tuwoliu Mangangue

Ini tulisan lama saya. Namun, tak ada salahnya saya angkat lagi. Saya yakin, darinya ada hal bermanfaat yang dapat dipetik.

Orangtua mana yg tidak khawatir panas tubuh anaknya tinggi. Kalau batuk, beringus masih dianggap biasa, wajar, tidak terlalu membuat khawatir. Selasa malam (2/10/18) panas tubuh anak kami, Jonathan, jadi tinggi. Mau beli paracetamol, apotek di sebelah rumah sudah tutup, maklum sudah pukul 10.00. Jadi, esoknya (3/10/18) baru bisa beli obat itu.

dr. Audrey Wahani, Sp.A.

Waktu ditermometer, sebelum dikasih obat, panasnya mencapai angka 40. Kami lebih khawatir lagi. Setelah itu dikasih obat. Sampai sore, panasnya masih tetap tinggi, mencapai angka 39. Lalu Jonathan dibawa ke dokter spesialis anak, dr. Audrey Wahani, Sp.A. Usai diperiksa, dokter berpesan, kalau sampai hari Jumat panasnya tidak turun, langsung bawa ke rumah sakit.

Pulang dari dokter, malam hari, Jonathan minum obat dengan susah payah (maklumlah dia paling suka makan snack, kalau minum obat paling susah).

Dikompres dengan Air Mendidih

Sesudah minum obat, dia dikompres. Saya mengompresnya dengan air yang baru dimasak. Lalu sebagian air ditaruh ke wadah. Kemudian sepotong handuk kecil saya celupkan ke air itu. Lalu handuk saya pegang ujungnya. Kemudian diperas dengan cepat supaya panas dari air tidak terasa. Terus saya peras lagi dengan cepat. Akhirnya air di handuk sudah berkurang. Tapi handuk masih tetap panas. Lalu diseka secara cepat ke seluruh tubuh anak saya. Diseka secara cepat supaya anak saya tidak merasakan panasnya handuk. Saya menyeka seluruh bagian wajahnya, leher, lengan tangan hingga jari, dada, punggung, kaki hingga jari dan telapak.

Lalu air yang tersisa saya tuang lagi ke wadah. Dan mengompresnya lagi. Akhirnya, saya mengompresnya hingga 3 kali. Seusai dikompres, anak saya tertidur. Satu jam kemudian, singlet anak kami basah kuyup. Lalu singletnya diganti dengan yang baru. Saya pernah baca dari buku bahwa anak yang tubuhnya dalam keadaan panas, sebaiknya mengenakan singlet. Ini lebih baik daripada mengenakan kaus berlengan.

Keesokan harinya, Kamis (4/10/18), di pagi hari, dia ditermometer lagi. Jarum menunjukkan angka 38. Obat dokter dikasih lagi dan dia juga dikompres, turun lagi ke angka 37,6.

Terpaksa hari Kamis saya pergi ke kantor BPJS di Teling karena Jonathan belum punya kartu BPJS. Petugasnya bilang harus ada daftar gaji yang dilegalisir. Lalu saya menelepon bendahara Fakultas, dan saya pun pergi ke kampus. Sampai di kampus (Universitas Negeri Manado) di Tondano daftar gaji yang dilegalisir sudah ada. Lalu saya pulang ke rumah. Esoknya, Jumat (5/10/18) saya pergi ke kantor BPJS. Isi formulir, lalu setelah nomor saya dipanggil, petugasnya tanya apa saya sudah ada kartu BPJS baru, saya bilang belum, kartu istri saya juga masih yg warna kuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun