Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mudik: Kesantunan Budaya yang Terus Terpelihara

14 April 2023   09:50 Diperbarui: 14 April 2023   09:56 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik menjadi sebuah keharusan yang dilakukan pada setiap peringatan hari raya keagamaan di Indonesia. Dan yang terbesar adalah pada saat hari raya Idul Fitri karena memang jumlah umat yang mayoritas di negara ini.

Namun mudik juga merupakan tradisi budaya yang hampir dilakukan oleh semua umat beragama di Indonesia. Pulang kampung untuk bertemu sanak keluarga sebagai wujud cinta sesama anggota keluarga.

Apapun permasalahan yang membelit dalam upaya melestarikan budaya mudik, tetap saja akan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Bahkan pada saat pandemi Covid 19 pun tetap saja ada sebagian kecil yang melakukanya secara sembunyi-sembunyi.

Mudik sebenarnya adalah bentuk kesantunan budaya negara kita. Menghormati orang yang lebih tua sebagai perwujudan kesantunan yang teramat nyata. Orang tua adalah sosok yang harus kita hormati karena bagaimanapun juga mereka menjadi perantaraan Tuhan dalam menghadirkan kita di dunia ini.

Penghormatan yang lebih akan dilakukan dalam tradisi mudik. Berapapun biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik pasti akan terus diupayakan. Rasa cinta dan hormat mengalahkan segalanya. Betapa pengorbanan untuk bisa menghormati dan mencintai orang tua seolah menjadi hal yang diluar nalar. Kalau jaman dahulu bahkan sampai rela berdesak-desakan dan bergelantungan di kereta api demi bisa mudik.

Kesantunan dalam tradisi mudik menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang santun dan beradab. Memohon maaf atas segala kesalahan selama satu tahun menjadi peluruh segala silang sengketa dalam relasi antar keluarga. Masyarakat yang pemaaf tentu akan sulit untuk tidak santun dalam berperilaku. Namun seringkali image tersebut hilang saat kita melihat dunia maya seolah-olah semuanya serba barbar tidak punya etika dan sopan santun. 

Dalam kuantitas sebenarnya antara kenyataan dan dunia maya, lebih banyak masyarakat kita yang masih santun dalam berperilaku maupun bertutur kata. Kalau tidak demikian pasti tradisi mudik sudah hilang lama di negara kita. Kenyataannya masih banyak orang melakukan tradisis mudik di negara kita. Jadi sepertinya kita tidak perlu pesimis bahwa bangsa ini akan mudah tercerai berai.

Tradisi mudik tentunya dapat digunakan sebagai indikator akan kesantunan suatu masyarakat. Semakin banyak yang melakukan menjadi indikator bahwa masyarakat kita masih santun dan beradab. Bukan masyarakat pembenci dan mahal dalam memaafkan kesalahan orang lain, tapi masyarakat yang pemaaf dan rela berkorban bagi sesama.

Pemerintah sebagai penyedia semua infrastruktur permudikan selalu mendorong tradisi baik ini. Terbukti semua infrastruktur transportasi dan keamanan dalam rangka mudik selalu diperbaharui dan didorong untuk lebih mudah dan aman bagi para pemudik. Dukungan pemerintah ini tentu tidak terlepas sebagai dukungan baik terhadap tradisi bangsa yang memiliki nilai kesantunan dan kemanusiaan yang merupakan aset budaya bangsa.

Saatnya menjaga tradisi bangsa lewat momen keagamaan yang ada. Kesantunan masyarakat adalah bukti bahwa kita merupakan bangsa yang beradab. Bangsa yang ramah dan pemaaf, sehingga tidak perlu kuatir akan kontestasi politik 2024 karena kita adalah bangsa Indonesia...........Salam Sehat !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun